"Kebetulan dulu risetnya dengan Bu Rektor, sebelum jadi rektor. Kami dapat ide bagaimana kalau untuk kanker serviks, dan ini sedang jalan, pendanaan masih internal," jelasnya.
Selain itu, juga untuk deteksi tuberculosis (TB). Menurut Kuwat, deteksi tuberculosis sudah lama dan saat ini dilanjutkan kembali.
"Kemudian deteksi sepsis, ini juga sedang kita ajukan ke pendanaan BRIN/LPDP. Kami juga memanfaatkan GeNose cadangan untuk uji jenis bakteri pada ulkus diabetikum," tuturnya.
Kuwat mengungkapkan, ke depan banyak fungsi-fungsi GeNose yang bisa dikembangkan.
"Harapanya mesinnya sama, tapi otaknya bertambah. Kalau ketemu orang diabetes, ya nanti tinggal yang diabetes, jangan pilih yang Covid-19, tidak cocok," jelasnya.
Sementara itu, Rektor UGM, Prof. Dr. Ova Emilia, M.Med. Ed., Sp.OG(K)., Ph.D., menyampaikan publikasi GeNose C19 dalam dua jurnal bereputasi internasional tersebut menunjukkan pengakuan dari dunia bahwa metode identifikasi infeksi dengan metode volatile dapat diterima.
Hal ini memperlihatkan adanya pergeseran paradigma dalam proses identifikasi suatu infeksi.
"Kalau dulu itu identifikasi dari hewannya, sekarang dilihat dari gejala dapat diidentifikasi dengan konsep data yang banyak sehingga terkumpul pola-pola yang mengarah pada penyakit tertentu," jelasnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.