KULON PROGO, KOMPAS.com – Tidak menyerah pada keadaan. Setelah rusak akibat diterjang banjir, warga kembali membangun jembatan sesek di Pedukuhan Temben, Kalurahan Ngentakrejo, Kapanewon Lendah, Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta.
Jembatan di atas Sungai Progo itu menghubungkan Lendah di Kulon Progo dengan Pajangan di Bantul. Warga membangunnya dalam waktu singkat.
“Kami 15 orang mengerjakannya selama dua hari setengah, sejak Jumat kemarin. Jembatan ini kembali bisa dilewati kendaraan mulai Minggu sekitar jam 15.00 WIB,” kata Gimun Hadi Yahya, Ketua RW 11 Pedukuhan Temben, Senin (22/8/2022).
Baca juga: Kolaborasi dengan Masyarakat, Pemerintah Sambas Bangun Jembatan Tanpa Pakai APBD dan APBN
Masih dengan konstruksi sama, jembatan terbangun dari tiang bambu yang berdiri pada tonggak-tonggak besi, dengan lantai dari papan kayu pelem.
Dengan konstruksi itu, jembatan hanya bisa dilintasi kendaraan bermotor.
Jembatan terbentang sekitar 100 meter antarbibir sungai. Ia berjasa bagi penyeberangan sebagian warga bermotor di dua kabupaten.
Baik itu pekerja, anak sekolah, hingga pedagang memanfaatkan jalan ini sepanjang waktu.
Perekonomian masyarakat sekitar meningkat, arus logistik lebih lancar dan pasar juga lebih berkembang.
Sementara, roda empat hanya bisa lewat Jembatan Bantar di Sentolo atau Jembatan Srandakan di Kapanewon Galur.
Perjalanan warga.lewat sesek terasa lebih singkat dari sisi waktu dan jarak, daripada melewati dua jembatan lain yang berjarak 3 kilometer jauhnya dari sesek.
“Banyak warga kecewa karena jembatan putus. Ini keinginan warga,” kata Gimun.
Baca juga: Cerita Nursahit, Rusak Jembatan Kali Garang Semarang demi Keamanan Presiden Soekarno
Jembatan sesek tradisi turun temurun di bangun warga pada musim kemarau. Warga membangun di mana sungai saat itu sedang surut, biasanya pada bulan Mei, awal kemarau.
Tahun ini, jembatan dibikin pada awal Agustus, di mana hujan semakin sedikit, sungai surut, bentang antar bibir sungai menyempit.
Namun, banjir merusak jembatan sesek pada 13 Agustus 2022 subuh. Lantai jembatan terangkat, lepas dan nyaris hanyut ikut arus.
Warga mengantisipasi dengan mengikat lantai jembatan, sehingga tidak hanyut jauh oleh arus sungai. Kayu dan bambu bisa tertambat ke tepi dan tidak lari ke laut.