Berdasar pengalaman masa lalu, warga mengikat lantai jembatan, sehingga, lantai tidak hanyut jauh oleh arus sungai. Jembatan bisa tertambat ke tepi dan tidak lari ke laut.
“Kami sudah menyiapkan antisipasi,” kata Suwarno, yang juga Ketua Badan Permusyawarahan Kalurahan Ngentakrejo ini.
Suwarno menceritakan, jembatan ini berusia 15 hari. Baru dua pekan dipakai, banjir datang.
“Baru kali ini pada bulan Agustus ada banjir di sungai ini. Tahun-tahun sebelumnya tidak ada,” kata Suwarno.
Putusnya jembatan berdampak pada aktivitas masyarakat.
Warga biasanya bisa mengumpulkan dana dari sekitar 600 motor melintas setiap harinya. Setiap membayar Rp 2.000 bila lewat jalan itu.
Meskipun menderita kerugian pengelola jembatan tidak patah semangat.
Nantinya jembatan akan diperbaiki dan dipasang kembali setelah airnya surut.
“Harapan kami, bisa dibangun jembatan permanen. Kami sudah mengusulkan di musyawarah desa. Tidak pernah putus kami mengusulkannya,” kata Sumardi, Lurah Ngentakrejo.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.