KULON PROGO, KOMPAS.com – Masyarakat masih mempertahankan tradisi membungkus daging kurban dengan anyaman daun kelapa (blarak) pada Pedukuhan Kroco, Kalurahan Sendangsari, Kapanewon Pengasih, Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta.
Warga menyebut anyaman itu sebagai dhekon, sebagian menyebutnya sebagai sarangan. Dhekon dilapisi dengan daun jati sebelum digunakan sebagai wadah.
“Dhekon atau sarangan ini terbuat dari anyaman daun kelapa,” kata Sugiyanto, Takmir Masjid Al-Azhar di Kroco, saat dihubungi lewat telepon, Minggu (10/7/2022).
Baca juga: Satgas PMK Kabupaten Purworejo Temukan Daging Kurban Terindikasi PMK
Pada masa dahulu, wadah jadi tempat makanan kenduri hajatan berisi nasi putih, sayur dan sejumlah lauk. Waktu berganti, plastik dan besek bambu menyisihkan ayaman daun dan hampir tidak digunakan.
Jemaah Masjid Al-Azhar kembali mendorong penggunaan dhekon mulai 2019. Dimulai sebagai pembungkus daging kurban di Hari Idul Adha 2019 saat itu.
Bahan baku mudah didapat dari pohon kelapa yang banyak tumbuh Kroco dan pohon jati yang daunnya dimanfaatkan nanti.
Sugiyanto mengatakan, anyaman dhekon tidak hanya mempertahankan kearifan lokal, tetapi juga mempertahankan adat gotong royong dan mulai meninggalkan pastik.
“Dari sisi sosial melestarikan semangat gotong royong, di mana ada interaksi sosial. Dari sisi ekonomi, menghemat anggaran, karena bahan baku melimpah. Dari sisi lingkungan wadah ini ramah lingkungan,” kata Ketua Kampung Iklim Pedukuhan Kroco ini via telepon.
Warga Kroco membuat 300 dhekon di Idul Adha tahun ini. Hal itu didapat dari 30 warga yang membuat masing-masing 10 buah dhekon. Mereka mengisi tiap dhekon dengan sekitar setengah kilogram daging kurban.
Masjid Al-Azhar memotong satu sapi dan tiga ekor kambing di hari raya tahun ini pada Sabtu (9/7/2022). Pada Sabtu itu juga, dhekon berisi daging kemudian dibagikan pada ratusan warga, para ustaz, hingga wali santri.
Kroco memang terkenal dengan upaya warga mendorong kearifan lokal. Dusun berada sekitar 20 menit berkendara pakai motor dari kota Wates, ibukota Kulon Progo.
Soal kearifan, pedukuhan berkembang menjadi Kampung KB Percontohan Berkelanjutan yang pernah berada pada tiga nasional.
Pedukuhan juga bagian dari Kampung Tangguh Bencana Nusantara, hingga kini berkembang jadi Kampung Iklim bagian program Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) RI.
Baca juga: Resep Sate Lilit Daging Sapi, Olahan Daging Kurban Tanpa Santan
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.