Dikutip dari buku Fenomena Dataran Tinggi Dieng yang ditulis Dewi Liesnoor Setyowati & Puji Hardati disebutkan jika masyarakat sekitar percaya jika rambut gimbal bukanlah kutukan melainkan titipan dari leluhur mereka.
Masyarakat percaya bahwa dengan rambut gimbal dianalogkan akan menyebabkan terjadinya kendala atau sengkolo (Jawa) seperti datang penyakit dan bahaya.
Sehingga untuk menghilangkannya harus dengan diruwat atau upacara mencukur rambut gimbal.
Sebelum mencukur rambut gimbal, masyrakat akan menggelar beberapa upacara dan menyiapkan benda-benda sesaji. Tempat upacara dilakukan di Goa Semar.
Baca juga: Gunung Dieng, Dataran Tinggi dengan Sensasi Magis di Pulau Jawa
Sementra benda-benda sesaji yang disiapkan adalah tumpeng, ingkung, gunting, mangkuk, air berisi bunga setaman, beras, dua buah uang, payung, dan barang permintaan dari si anak yang akan digunting rambut gimbalnya.
Permintaan anak tersebut wajib dipenuhi, karena kalau tidak rambut gimbalnya akan tumbuh lagi. Umumnya upacara ruwatan harus dilaksanakan pada hari weton atau kelahiran si anak
Biasanya seorang anak yang berambut gembel akan mendapat perlakuan istimewa dari orang tua, dan keluarganya. Orangtua percaya anak yang berambut gembel dapat membawa berkah.
Anak yang berambut gembel dapat dicukur rambut gembelnya apabila telah memenuhi beberapa syarat, yaitu umur anak sudah berusai minimal tujuh tahun.
Jika filakukan sebelum berumur tujuh tahun dipercayai anak akan jatuh sakit dan meninggal atau rambutmya akan terus tumbuh gembel.
Baca juga: Bagai Negeri Bersalju, Ini Penjelasan dan Waktu Terjadinya Fenomena Embun Es di Dieng
Pertama anak dimandikan oleh seorang dukun, lalu anak diselubungi kain putih atau mori, disuwuk oleh sang dukun lalu tahapan cukur diawali oleh sang dukun. Lalu dilanjutkan orang tua dan tamu undangan sampai selesai.
Terakhir, rambut dibersihkan oleh dukun sampai bersih atau gundul
Proses munculnya rambut gembel adalah sang anak awalnya sakit panas dan selang beberapa hari dirambutnya tumbuh gembel.
Orangtua kemudian akan berusaha menyisir dengan diberi minyak kelapa. Apabila si anak masih sakit panas dan rambutnya tetap gembel, maka orang tua tidak berani menyisirnya. Orangtua pun mempercayai anaknya ditakdirkan dengan rambur gembel.
Tanda-tanda munculnya rambut gembel adalah tumbuh rambut kaku berdiri.
Baca juga: Suhu Dieng Minus 1 Derajat Celsius, Embun Es Kembali Muncul
Dewi Liesnoor Setyowati & Puji Hardati menulis tradisi rambut gembel sebenarnya terakit dengan sejarah Adipati Banjar sebagai cikal bakal Kabupaten Banjarnegara.
Adipati Banjar merupakan Adipati pertama sebelum wilayah Karesidenan Banyumas terpecah menjadi Banyumas, Cilacap, Purbalingga, dan Banjarnegara.
Pada saat Adipati Banjar berkuasa, bersamaan dengan perang Diponegoro pada tahun 1825-1830, banyak para begawan yang melakukan semedi atau tirakat atau tapa. Salah satu tempat untuk bertapa adalah Goa Mandala yang terletak di Dukuh Payaman Karanggondang.
Goa ini dipercayai menjadi tempat yang sakral, sehingga harus ada yang menunggu sebagai
juru kunci yamg diteruskan secara turun temurun.
Baca juga: Suhu Dieng Minus Sebabkan Munculnya Embun Upas, Apa Itu?
Petama kali yang menjadi juru kunci bernama Mbah Sukmogiri, kemudian digantikan oleh mbah Raga Jaya dan Mbah Kuwuk.
Pada saat menjadi juru kunci, Mbah Kuwuk berambut gimbal dan dan berperlakuan aneh. Sejak sepeninggal Mbah kuwuk, anak dan keturunannya pasti ada yang berambut gimbal sampai sekarang.
Untuk menghormati para leluhur supaya terhindar petaka, maka jika ada anggota keluarga yang berambut gimbal akan dicukur dengan acara ritual selamatan supaya terhindar dari petaka.
Sampai sekarang tradisi tersebut masih dilaksanakan oleh penduduk setempat.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.