Untuk difabel tuli juga kesulitan saat berada di TPS lantaran tidak ada running text yang disediakan. Kebanyakan panitia mengumumkan lewat pengeras suara. Padahal, difabel tuli kesulitan mendengar dan berbicara.
"Ketika di TPS kan tidak ada running text kebanyakan pakai microphone," kata dia.
Lanjut Astri, anak difabel intelektualitas suaranya rawan dimanfaatkan oleh orang lain. Sehingga dibutuhkan pendampingan dari orang terdekat dalam hal ini bisa orangtua, atau saudara.
"Tetapi, apakah orangtua bisa menjaga hak suara sesuai keinginan anak, kan tidak. Pendampingan ya orang terdekat meskipun rawan dimanfaatkan suaranya," kata dia.
Baca juga: W20 di Manokwari Fokus Bahas Perempuan Pedesaan dan Difabel
Sosialisasi ini dengan cara dua arah, anak-anak difabel intelektual beberapa telah mengikuti Pemilu. Mereka yang telah mengikuti pemilu diberi kesempatan untuk bercerita kepada kawan-kawannya.
Salah satu siswa yang sudah pernah mengikuti pemilu adalah Rifqi. Ia bercerita saat mengikuti pemilu dengan antusias.
"Pengalaman nyoblos pakai paku, ada kertasnya, sama ada tinta," ujarnya diikuti tepuk tangan kawan-kawannya.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.