Ia menambahkan orangtua akan kesulitan ketika mengetahui anaknya memiliki nilai yang tinggi tetapi orangtua sulit memprediksi apakah diterima di sekolah yang dipilih atau tidak.
"Itu kalau kemudian misalkan toh tidak terima itu beban orang tua ke anak, karena yang nyari SMP bukan anak tapi orang tua yang akan melaksanakan anak tapi orang tua yang akan harus serius mencari," ujarnya.
Rochmat mengatakan tren perpindahan penduduk tidak hanya untuk mendaftar sekolah SMP saja tetapi, pindah penduduk juga dimanfaatkan untuk mendaftar di tingkat lebih tinggi yakni SMA.
"Nampaknya ini juga menjadi tren karena di SMA yang dulu tidak wilayah, sekarang kan ada jalur wilayah untuk SMA di radius 300 meter harus diterima. Orangtua cenderung kalau pindah kota itu tidak hanya untuk SD SMP, tapi sekalian mungkin ke SMA," jelasnya.
Disdikpora Kota Yogyakarta tak bisa berbuat banyak dengan gelombang perpindahan penduduk. Sebab, hal itu diperbolehkan oleh pemerintah tetapi tetap ada porsinya pada tiap jalurnya.
"Tampaknya kita juga tidak bisa berbuat banyak karena aturan pemerintah itu kan ada namanya zona wilayah itu. Meskipun ada porsi-porsi yang seperti itu," pungkasnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.