Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Guru Besar UGM Sebut Tak Ada Relevansi Tiket Naik Rp 750.000 dengan Preservasi Candi Borobudur

Kompas.com - 06/06/2022, 21:55 WIB
Khairina

Editor

Sumber Kompas TV

KOMPAS.com - Rencana pemerintah menaikkan tarif naik stupa Candi Borobudur sebesar Rp 750 ribu dinilai tidak ada relevansinya dengan upaya preservasi candi.

"Saya tidak melihat relevansi antara menaikkan harga tiket itu dengan preservasi situs yang sudah berumur lebih dari seribu tahun itu," kata Guru Besar Ilmu Sejarah Universitas Gadjah Mada (UGM) Sri Margana di program Sapa Indonesia Malam KOMPAS TV, Senin (6/6/2022).

Baca juga: Luhut Pertimbangkan Tarif Khusus Masuk Candi Borobudur bagi Warga Jateng-DIY

Upaya preservasi dinilai lebih tepat jika melarang pengunjung untuk naik ke badan candi Buddha terbesar di dunia itu.

"Ke badan candinya lebih baik ditutup aja kalau memang kondisi fisiknya sudah tidak memungkinkan," ujarnya seperti ditulis KOMPASTV.

Sri mengatakan, preservasi dan konservasi Candi Borobudur perlu dilakukan karena perilaku pengunjung yang "tidak ramah" dan usia bangunan yang sudah tua.

"Masalah preservasi itu kan karena perilaku pengunjung yang tidak ramah terhadap situs. Kemudian, bangunan yang sudah berumur lebih dari seribu tahun itu sudah tidak mampu lagi menahan beban hampir sebelas ribu orang per hari," tutur Sri Margana.

Baca juga: Batu Candi Borobudur Cepat Aus akibat Gesekan Alas Kaki Wisatawan, Ini Hasil Penelitiannya

Menurut dia, banyaknya pengunjung yang selama ini diperbolehkan naik ke badan candi menyebabkan turunnya kualitas fisik bangunan Candi Borobudur.

"Ya solusinya harus tidak diperbolehkan naik ke badan candi, karena itu yang menyebabkan menurunnya kualitas fisik dari bangunan candi itu," tutur  Sri Margana.

Selain harga yang mahal, ia juga menyangsikan rencana pemerintah membatasi pengunjung yang dibolehkan naik ke bangunan candi.

"Mau tiketnya berapa pun, kalau mereka tetap diizinkan naik, persoalan preservasi dan konservasi tidak akan terpecahkan," jelasnya.

Pengunjung dibatasi

Sementara itu, Direktur Utama PT Taman Wisata Candi (TWC) Edy Setijono mengatakan, berdasarkan hasil riset balai konservasi, Candi Borobudur bisa menahan sebanyak 128 orang dalam satu waktu.

"Bahwa ada ruang untuk memperbolehkan orang di atas bangunan, yakni kurang lebih sekitar 128 orang dalam waktu yang bersamaan," kata dia.

Baca juga: Tiket Naik Stupa Borobudur Rp 750.000, DIY Maksimalkan Destinasi di Yogya untuk Gaet Wisatawan

Oleh karena itu, kata Edy, pihaknya berencana membatasi jumlah orang yang naik ke bangunan candi sebanyak 1.200 orang per hari.

"Dari angka itu lah kemudian kita ketemu angka 1.200, jadi 1.200 ini adalah angka yang dikembangkan dari riset yang dilakukan oleh rekan-rekan balai konservasi," jelasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber Kompas TV
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Ganjar Pindah ke Sleman, Sering Lari Pagi dan Bersepeda

Ganjar Pindah ke Sleman, Sering Lari Pagi dan Bersepeda

Yogyakarta
Hilang di Sungai Oya Gunungkidul, Siswa SD Dicari Menggunakan Drone

Hilang di Sungai Oya Gunungkidul, Siswa SD Dicari Menggunakan Drone

Yogyakarta
30 Kilogram Bahan Petasan di Bantul Disita, 3 Orang Ditangkap

30 Kilogram Bahan Petasan di Bantul Disita, 3 Orang Ditangkap

Yogyakarta
Prakiraan Cuaca Yogyakarta Hari Ini Jumat 29 Maret 2024, dan Besok : Siang Hujan Sedang

Prakiraan Cuaca Yogyakarta Hari Ini Jumat 29 Maret 2024, dan Besok : Siang Hujan Sedang

Yogyakarta
Prakiraan Cuaca Solo Hari Ini Jumat 29 Maret 2024, dan Besok : Siang Hujan Ringan

Prakiraan Cuaca Solo Hari Ini Jumat 29 Maret 2024, dan Besok : Siang Hujan Ringan

Yogyakarta
Ratusan Hewan di Gunungkidul Divaksinasi Antraks

Ratusan Hewan di Gunungkidul Divaksinasi Antraks

Yogyakarta
Jadwal Imsak dan Buka Puasa di Jawa Tengah, 29 Maret 2024

Jadwal Imsak dan Buka Puasa di Jawa Tengah, 29 Maret 2024

Yogyakarta
Yogyakarta Peringkat Empat Tujuan Mudik Lebaran, Polda DIY Siapkan Rekayasa Lalu Lintas

Yogyakarta Peringkat Empat Tujuan Mudik Lebaran, Polda DIY Siapkan Rekayasa Lalu Lintas

Yogyakarta
Kantor Disnakertrans DIY Digeruduk Massa, Didesak soal Penerbitan SE Gubernur untuk THR bagi Ojol dan PRT

Kantor Disnakertrans DIY Digeruduk Massa, Didesak soal Penerbitan SE Gubernur untuk THR bagi Ojol dan PRT

Yogyakarta
Saat Ganjar Pranowo Resmi Ber-KTP Sleman...

Saat Ganjar Pranowo Resmi Ber-KTP Sleman...

Yogyakarta
Jelang Lebaran, Polres Gunungkidul Siapkan Satgas Ganjal Ban

Jelang Lebaran, Polres Gunungkidul Siapkan Satgas Ganjal Ban

Yogyakarta
Analisis Gempa Magnitudo 5,0 di Gunungkidul Hari Ini, Dirasakan hingga Pacitan dan Trenggalek

Analisis Gempa Magnitudo 5,0 di Gunungkidul Hari Ini, Dirasakan hingga Pacitan dan Trenggalek

Yogyakarta
Gempa Magnitudo 5,0 Guncang Gunungkidul, Tak Berpotensi Tsunami

Gempa Magnitudo 5,0 Guncang Gunungkidul, Tak Berpotensi Tsunami

Yogyakarta
Organda DIY Larang Bus Pasang Klakson Telolet, 'Ngeyel' Bakal Dicopot

Organda DIY Larang Bus Pasang Klakson Telolet, "Ngeyel" Bakal Dicopot

Yogyakarta
Fakta di Balik Fenomena Munculnya Gundukan Lumpur di Grobogan Pascagempa Tuban

Fakta di Balik Fenomena Munculnya Gundukan Lumpur di Grobogan Pascagempa Tuban

Yogyakarta
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com