Anang mengatakan, bapak dan ibunya saat itu sudah beraktivitas di luar, sementara adiknya yang masih di dalam rumah keluar dari sela puing.
Kala itu, masyarakat sulit mendapatkan bantuan logistik karena banyak kendaraan pembawa bantuan logistik lebih dulu dihentikan waktu perjalanan, sehingga sesampainya di Selopamioro, Imogiri tinggal sedikit bahkan habis.
Sebelumnya, data Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Bantul gempa 2006 sekitar pukul 05.53 Wib, berkekuatan 5,9 Skala Richer mengguncang bumi Yogyakarta sekitar 57 detik, menghancurkan ratusan ribu rumah dan menyebabkan ribuan orang tewas.
Adapun jumlah korban di wilayah Bantul ada 4.143 korban tewas, dengan jumlah rumah rusak total 71.763, rusak berat 71.372, dan rusak ringan 66.359 unit.
Bupati Bantul Abdul Halim Muslih mengatakan, peristiwa gempa bumi pada 27 Mei 2006 menjadi sejarah bagi rakyat Bantul.
"Masih teringat di benak kita, bencana yang menimbulkan banyak korban jiwa, kerugian harta-benda serta berbagai kerusakan lainnya," kata Halim dalam refleksi 16 tahun gempa di Rumah Dinas Bupati.
Baca juga: Hari Ini dalam Sejarah: Mengenang 16 Tahun Gempa Yogyakarta 27 Mei 2006
Dikatakannya, gempa 2006 tidak menjadikan masyarakat bantul lemah, tetapi sebaliknya menjadikan rakyat Bantul seperti mendapatkan tempaan batin dan dorongan semangat yang luar biasa.
"Bencana membuat rakyat makin menyadari betapa lemahnya manusia jika mereka bergerak sendiri-sendiri, dan menunjukkan betapa besar makna kebersamaan dan gotong royong," kata Halim.
"Saat ini ketangguhan masyarakat Bantul dalam menghadapi bencana sudah tidak perlu diragukan lagi. setiap kalurahan saat ini sudah memiliki forum pengurangan resiko bencana (fprb) belum lagi relawan-relawan dari berbagai organisasi massa yang siap setiap saat untuk memberikan pertolongan," kata dia.
Halim berharap semua belajar dari bencana yang pernah terjadi, dan meningkatkan metigasi dalam kesiapsiagaan bencana untuk meminimalisir terjadinya korban jiwa.
"Selain itu kita perlu melakukan pemetaan dan edukasi mitigasi bencana secara dini. pemetaan potensi bencana, pemetaan jalur evakuasi dan pemetaan jalur penyelematan ini perlu kita lakukan supaya skenario mitigasi bencana dapat terus kita perbaharui dengan melihat potensi bahaya yang ada," kata dia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.