Nasir mengaku, semakin tenggelam dalam paham radikalisme makin jauh dari keluarga. Ia jadi sangat jarang bertemu ibunya, hingga akhir hayat.
“Saya sudah jauh dari ibu. Tidak pulang dalam waktu lama, terus pergi ke berbagai negara. Saya tidak bertemu ibu dan kematiannya di 2012, saya tidak datang. Semangat bela Islam itu begitu tinggi, tapi melupakan ibu. Saya menyesalinya seumur hidup, hingga tidak bisa memaafkan diri saya sampai sekarang,” kata Nasir.
Nasir berubah sejak polisi Indonesia menangkap dirinya di 2003, setelah Bom Bali. Ia tersadarkan bahwa pemerintah dengan aparatnya bukan memerangi Islam, melainkan perbuatan orang-orang yang melakukan kekerasan dan menimbulkan korban.
Nasir lalu berkeliling Indonesia menyiarkan kontra radikalisme selepas dari penjara.
Ia mengatakan bahwa Indonesia tidak bisa menjadi negara Islam. Hal ini sudah final sebagai kesepakatan sejak kemerdekaan Indonesia. Para pendiri bangsa mengikat kuat semua elemen masyarakat dengan UUD 45, Bhinneka Tunggal Ika, NKRI dan dasar negara Pancasila.
“Indonesia ini negara konsensus demi menjaga keutuhan persatuan dan kesatuan dari Sabang sampai Merauke, yang berbeda bangsa dan agama, maka para ulama dan founder memutuskan Indonesia tidak menjadi negara agama. Menolak (negara agama) dijalankan di Indonesia. Tidak menolak dijalankan oleh negara lain,” kata Nasir.
Baca juga: Kunjungi Filipina, Yasonna Bakal Bahas Kerja Sama Atasi Radikalisme dan Terorisme
Nassir berbicara penuh semangat di Al Ghifari. Ia datang bersama AKBP Erlan Munaji dari Divisi Humas Polri.
Kehadiran mereka sejatinya silahturahmi Kamtibmas (Keamanan Ketertiban Masyarakat) sekaligus rangkaian program kegiatan kontra radikal dengan para kyai beserta santriawan dan santriwati di ponpes tersebut.
“Kami ingin memberikan pemahaman terkait membentengi diri dari aliran-aliran radikal. Setelah dapat memahami nantinya tidak ada yang terjerumus ke dalam aliran atau paham radikal,” kata Erlan.
Sejumlah pejabat teras kehumasan juga hadir, seperti Kabid Humas Polda DIY Kombes Pol Yuliyanto, Kasubbid Penmas Bidang Humas Polda DIY AKBP Verena Sri Wahyuningsih dan Wakapolres Kulon Progo Kompol Sudarmawan.
Para petinggi di tingkat kecamatan hingga lurah hadir di sana. Rombongan diterima pemimpin Ponpes Al Ghifari KH Nur Hadi Widoro, para santriawan dan santriwati.
Pada kesempatan tersebut sekaligus penyerahan tali asih sarana dan paket sembako secara simbolis dari Erlan pada Nur Hadi.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.