Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sejarah Letusan Gunung Merapi

Kompas.com - 10/03/2022, 10:50 WIB
Rachmawati

Editor

KOMPAS.com - Gunung Merapi mengeluarkan lima kali awan panas guguran (APG) pada Rabu (9/3/2022) malam dengan jarak luncur awan panas guguran sejauh kurang lebih 5 kilometer.

Pada Kamis (10/3/2022), kembali terjadi awan panas guguran pada pukul 00.22 WIB ke arah tenggara.

Plt. Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Abdul Muhari mengatakan, menurut laporan Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG), peristiwa APG memicu terjadinya hujan abu di beberapa wilayah.

Baca juga: Pasca-awan Panas Merapi, Aktivitas Pertambangan dan Destinasi Bunker Kaliadem Ditutup Sementara

Hujan abu terjadi di Pos Pengamatan Gunungapi Babadan, Desa Tlogolele, Desa Ketep, Desa Jati, Desa Soronalan dan Desa Gantang di Kecamatan Sawangan, Desa Paten, Desa Sengi dan Desa Krinjing di Kecamatan Dukun, Kabupaten Magelang, Provinsi Jawa Tengah.

Kemudian juga Desa Balai Rante di Kecamatan Kemalang, Kabupaten Klaten, Provinsi Jawa Tengah.

Saat ini sebanyak 253 warga di Kabupaten Klaten dan Sleman mengungsi ke tempat yang aman.

Baca juga: Gunung Merapi Erupsi, Keluarkan Awan Panas Guguran dengan Jarak Luncur Sejauh 5 Kilometer

Sejarah letusan Gunung Merapi

Suasana Merapi selepas erupsi, beberapa waktu laluTribun Jogja/Padhang Pranoto Suasana Merapi selepas erupsi, beberapa waktu lalu
Dikutip dari esdm.go.id, Gunung Merapi berada di perbatasan empat kabupaten yakni Kabupaten Sleman, Kabupaten Magelang, Kabupaten Boyolali dan Kabupaten Klaten.

Secara garis besar, sejarah geologi Gunung Merapi terbagi empat periode yakni Pra merapi. merapi Tua, Merapi Muda dan Merapi Baru.

Pra Merapi dimulai sejak sekitar 700.000 tahun lalu yang menyisakan jejak Gunung Bibi (2025 m dpl) di lereng timur Laut Gunung Merapi.

Gunung Bibi memiliki lava yang bersifat basaltic andesit.

Periode kedua, periode Merapi Tua menyisakan bukit Turgo dan Plawangan yang telah berumur antara 60.000 sampai 8.000 tahun. Saat ini kedua bukit tersebut mendominasi morfologi lereng selatan Gunung Merapi.

Baca juga: 6 Kali Terjadi Awan Panas Guguran Gunung Merapi, 60 Jiwa Kelompok Rentan di Klaten Diungsikan

Pada periode ketiga yaitu Merapi Muda beraktivitas antara 8000 sampai 2000 tahun lalu.

Di masa itu terjadi beberapa lelehan lava andesitik yang menyusun Bukit Batulawang dan Gajahmungkur yang sekarang tampak di lereng utara Gunung Merapi serta menyisakan kawah Pasar Bubar.

Sementara periode keempat aktivitas Merapi yang sekarang ini disebut Merapi Baru. Yakni terbentuknya kerucut puncak Merapi yang sekarang ini disebut sebagai Gunung Anyar di bekas kawah Pasar Bubar yang dimulai sekitar 2000 tahun yang lalu.

Sejarah letusan Merapi tercatat sejak awal masa kolonial Belanda yakni sekitar abad ke-17.

Di masa periode Merapi baru terjadi beberapa kali letusan di abad ke-19 yakni di tahun 1768, 1822, 1849, 1872.

Baca juga: Terdengar Suara Gemuruh di Langit Sleman, Bukan Berasal dari Fenomena Alam Maupun Merapi

Erupsi abad ke-19 jauh lebih besar dari letusan abad ke-20. Hal tersebut terlihat dari awan panas yang mencapai 20 km dari puncak. Kemungkinan letusan besar terjadi sekali dalam 100 tahun.

Letusan besar bisa bersifat eksplosif dan jangkauan awanpanas mencapai 15 Km.

Aktivitas Merapi pada abad ke-20 terjadi minimal 28 kali letusan dan letusan terbesar terjadi pada tahun 1931.

Berdasarkan data yang tercatat sejak tahun 1600-an, Gunung Merapi meletus lebih dari 80 kali atau rata-rata sekali meletus dalam 4 tahun

Baca juga: Sepekan, Gunung Merapi Keluarkan Guguran Lava Sebanyak 73 Kali

Letusan tahun 2010

Gunung Merapi mengeluarkan guguran lava pijar terlihat dari Dusun Turgo, Desa Purwobinangun, Kabupaten Sleman, Kamis (30/12/2021). Menurut data BPPTKG periode pengamatan Senin (3/1) pukul 00:24 WIB dan Selasa (4/1) pukul 00:00-06:00 WIB secara visual Gunung Merapi teramati 32 kali mengeluarkan guguran lava pijar dengan jarak luncur maksimal 1.800 m ke arah barat daya.KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG Gunung Merapi mengeluarkan guguran lava pijar terlihat dari Dusun Turgo, Desa Purwobinangun, Kabupaten Sleman, Kamis (30/12/2021). Menurut data BPPTKG periode pengamatan Senin (3/1) pukul 00:24 WIB dan Selasa (4/1) pukul 00:00-06:00 WIB secara visual Gunung Merapi teramati 32 kali mengeluarkan guguran lava pijar dengan jarak luncur maksimal 1.800 m ke arah barat daya.
Letusan besar Gunung Merapi juga terjadi pada 26 Oktober 2010. Pada pukul 17.02 WIB, terjadi letusan pertama yang bersifak eksplosif disertai dengan awan panas dan dentuman.

Letusan bersifat eksplosif juga terjadi pada 29-30 Oktober 2010.

Antara 3-4 November 2010 menunjukkan proses pertumbuhan kubah lava yang mencapai volume 3.5 juta m3.

Penghancuran kubah lava menghasilkan aliran awan panas hingga sejauh 15 km dari puncak Gunung Merapi ke arah Kali Gendol.

BNPB mencatat korban jiwa akibat erupsi Gunung Merapi 2010 sebanyak 347 Orang. Korban terbanyak berada di Kabupaten Sleman yaitu 246 jiwa.

Menyusul Kabupaten Magelang 52 jiwa, Klaten 29 jiwa, dan Boyolali 10 jiwa. Sedangkan pengungsi mencapai 410.388 Orang.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Selawat Perpisahan Siswa SD Bugel untuk Gedung Sekolah yang Terdampak Pembangunan Jalan

Selawat Perpisahan Siswa SD Bugel untuk Gedung Sekolah yang Terdampak Pembangunan Jalan

Yogyakarta
PDI-P Kulon Progo Buka Pendaftaran Bakal Calon Bupati dan Wakil Bupati Pekan Depan

PDI-P Kulon Progo Buka Pendaftaran Bakal Calon Bupati dan Wakil Bupati Pekan Depan

Yogyakarta
5 Nama Kembalikan Berkas Penjaringan Bakal Cawalkot Yogyakarta ke Partai Golkar, Ada Singgih Raharjo

5 Nama Kembalikan Berkas Penjaringan Bakal Cawalkot Yogyakarta ke Partai Golkar, Ada Singgih Raharjo

Yogyakarta
Soal 'Snack Lelayu' KPPS, KPU Sleman Digugat Rp 5 Miliar dan Permintaan Maaf Terbuka

Soal "Snack Lelayu" KPPS, KPU Sleman Digugat Rp 5 Miliar dan Permintaan Maaf Terbuka

Yogyakarta
Polisi Buru Pelaku Tabrak Lari yang Tewaskan Petani di Lampu Merah Sawo Jajar, Brebes

Polisi Buru Pelaku Tabrak Lari yang Tewaskan Petani di Lampu Merah Sawo Jajar, Brebes

Yogyakarta
Emosi Warga Saat Lihat Rekonstruksi Suami Bunuh Istri di Gunungkidul

Emosi Warga Saat Lihat Rekonstruksi Suami Bunuh Istri di Gunungkidul

Yogyakarta
Kasus Korupsi Selesai, Kejari Gunungkidul Kembalikan Rp 470 Juta ke RSUD Wonosari

Kasus Korupsi Selesai, Kejari Gunungkidul Kembalikan Rp 470 Juta ke RSUD Wonosari

Yogyakarta
Viral, Video Warga Lempar Sampah ke Truk, DLHK Kota Yogyakarta: Masyarakat Enggak Sabar

Viral, Video Warga Lempar Sampah ke Truk, DLHK Kota Yogyakarta: Masyarakat Enggak Sabar

Yogyakarta
Hasil Rekonstruksi Suami di Gunungkidul Membunuh Istri Saat Tidur

Hasil Rekonstruksi Suami di Gunungkidul Membunuh Istri Saat Tidur

Yogyakarta
Gerindra dan PDI-P Gunungkidul Buka Peluang Kader Maju Pilkada

Gerindra dan PDI-P Gunungkidul Buka Peluang Kader Maju Pilkada

Yogyakarta
Soal Gugatan PDI-P ke PTUN, Ganjar: Tunggu Prosesnya

Soal Gugatan PDI-P ke PTUN, Ganjar: Tunggu Prosesnya

Yogyakarta
5 Orang Ambil Formulir Calon Bupati Penjaringan Golkar, Ada Mantan Wakil Bupati Kulon Progo

5 Orang Ambil Formulir Calon Bupati Penjaringan Golkar, Ada Mantan Wakil Bupati Kulon Progo

Yogyakarta
Anggota DPR/DPRD, Pegawai BUMN, dan ASN Wajib Mundur Jika Ikut Pilkada

Anggota DPR/DPRD, Pegawai BUMN, dan ASN Wajib Mundur Jika Ikut Pilkada

Yogyakarta
Cucu Pendiri Muhammadiyah, Afnan Hadikusumo Semarakkan Bursa Pilkada Kota Yogyakarta

Cucu Pendiri Muhammadiyah, Afnan Hadikusumo Semarakkan Bursa Pilkada Kota Yogyakarta

Yogyakarta
Prakiraan Cuaca Solo Hari Ini Rabu 24 April 2024, dan Besok : Malam Hujan Ringan

Prakiraan Cuaca Solo Hari Ini Rabu 24 April 2024, dan Besok : Malam Hujan Ringan

Yogyakarta
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com