Sehingga, jika pergelaran wayang kulit pada 18 Februari 2022 kemudian dinilai merupakan reaksi dari sebuah peristiwa yang terjadi, menurut Gus Miftah, itu kurang tepat.
"Jadi, kalau dimaknai pentas wayang itu merupakan reaksi atau respons dari apa yang terjadi hari ini saya pikir kurang pas," ungkap dia.
Gus Miftah mengatakan, selama ini, dirinya memang peduli dengan kegiatan seni dan budaya.
Pergelaran wayang kulit di Ponpes Ora Aji kemarin merupakan permintaan dari teman-teman seniman.
Baca juga: Diduga Hina Gus Miftah di Medsos, Pria Asal Trenggalek Ditangkap Polisi
"Pentas terakhir yang kemarin kami lakukan itu karena permintaan teman-teman seniman untuk bisa urun rembug di pondok saya. Yang kebetulan saya memang begitu care dengan soal seni dan budaya, karena ada permintaan itu ya sebisa mungkin saya bantu," ujar dia.
Gus Miftah menegaskan, tidak ada intervensi terkait dengan lakon, konten, dan atraksi yang dibawakan dalam pergelaran wayang kulit tersebut.
Artinya, lakon dan atraksi yang dibawakan dalam pergelaran wayang kulit tersebut sepenuhnya menjadi ranah dari dalang itu sendiri.
"Jadi, isinya tentang apa itu kami hanya dikasih lakonnya saja, tetapi pertunjukannya seperti apa itu ya urusan dalang, bukan urusan saya dan saya tidak bisa intervensi itu. Itu sudah merupakan kebiasaan bahwa atraksi panggung atau atraksi dalam pertunjukan wayang itu urusan dalang," ucap dia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.