Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Riwayat Ki Ageng Sala, Pendiri Kota Solo

Kompas.com - 17/02/2022, 07:00 WIB
William Ciputra

Penulis

KOMPAS.com - Tanggal 17 Februari diperingati sebagai Hari Jadi Kota Surakarta atau Kota Solo, Jawa Tengah.

Kota Solo ini merupakan salah satu kota bersejarah di Indonesia, karena pernah menjadi pusat peradaban Jawa pada masa Mataram Islam maupun Kasunanan Surakarta.

Hari Jadi Kota Solo itu ditetapkan pada 17 Februari 1745. Tanggal tersebut bertepatan dengan pemindahan pusat pemerintahan Mataram dari Kartasura ke Surakarta.

Terdapat beberapa nama yang terlibat dalam proses pemindahan pusat pemerintahan, sekaligus pendirian Kota Surakarta ini.

Di antara nama-nama itu ada Ki Ageng Sala dan Sinuhun Pakubuwana II sebagai penguasa Mataram yang memindahkan pusat pemerintahan ke Surakarta.

Ki Ageng Sala

Nama Ki Ageng Sala dipercaya banyak pihak sebagai pendiri Kota Solo.

Ki Ageng Sala sudah hidup dan berkuasa di wilayah Sala jauh sebelum pusat pemerintahan Mataram dipindah ke sana.

Namun demikian, literatur yang menjelaskan secara rinci tentang Ki Ageng Sala ini sangat minim.

Disebutkan Ki Ageng Sala merupakan seorang pendakwah agama Islam yang hidup di daerah yang sekarang berada di sekita Keraton Surakarta.

Saat itu, Sala masih dalam bentuk hutan dan rawa. Sementara nama Sala sendiri diambil dari pohon yang tumbuh di kawasan itu, yaitu pohon Sala.

Dalam menyebarkan ajaran Islam, Ki Ageng Sala dibantu oleh dua orang temannya. Saat ini, makam tiga sekawan ini berada dalam satu kompleks yang sama.

Saat itu terjadi pemberontakan terhadap VOC dan Mataram Kartasura. Peristiwa pemberontakan itu dikenal dengan nama Geger Pecinan.

Keraton Kartasura hancur lebur akibat pemberontakan itu. Bahkan Pakubuwono II dan punggawa kerajaan harus mengungsi ke Ponorogo.

Setelah pemberontakan usai, Pakubuwono II melihat keraton sudah tidak layak lagi digunakan.

Maka, Pakubuwono II memerintahkan pemindahan pusat pemerintahan ke tempat lain.

Saat itu ada tiga daerah kandidat, yaitu Kadipolo, Sonosewu, dan Desa Sala.

Makam Ki Gede Sala, Kiai Carang dan Nyai Sumedang berada di Kompleks Keraton Surakarta di Kelurahan Baluwarti, Pasar Kliwon, Solo, Jawa Tengah, Senin (7/1/2019). KOMPAS.com/Labib Zamani Makam Ki Gede Sala, Kiai Carang dan Nyai Sumedang berada di Kompleks Keraton Surakarta di Kelurahan Baluwarti, Pasar Kliwon, Solo, Jawa Tengah, Senin (7/1/2019).
Dari ketiga pilihan itu, Pakubuwana II memilih Desa Sala. Maka daerah kekuasaan Ki Ageng Sala itu dibeli seharga 10.000 ringgit.

Ki Ageng Sala lantas diangkat menjadi abdi dalem Keraton Surakarta dan mendapatkan gelar Bekel.

Namun Ki Ageng Sala meninggal dunia tak lama setelah Keraton Surakarta berdiri.

Jenazahnya kemudian dimakamkan di samping kedua teman seperjuangannya di dekat lokasi keraton.

Saat ini, makam Ki Ageng Sala ada di Kelurahan Baluwarti, Kecamatan Pasar Kliwon, sekitar 500 meter dari Keraton Kasunanan Surakarta.

Pakubowono II

Sosok Pakubuwono II sebagai penguasa Mataram saat pemindahan pusat pemerintahan ke Surakarta atau Desa Sala juga tidak bisa dikesampingkan.

Pasalnya, pemindahan pusat pemerintahan Mataram dari Kartasura ke Surakarta juga berasal dari perintahnya sebagai penguasa.

Susuhunan Pakubuwana II bernama asli Raden Mas Prabasuyasa. Dia merupakan putra dari Sultan Amangkurat IV.

Pakubuwono II berkuasa dari 1726-1749, dan harus menghadapi banyak peristiwa besar sepanjang pemerintahannya.

Di antara peristiwa yang terjadi adalah Geger Pecinan. Sebuah gerakan perlawanan yang dilancarkan pasukan gabungan pribumi-Tionghoa.

Akibat dari Geger Pecinan ini, Pakubuwono  II harus “terusir” dari Istana di Kartasura dan mengungsi di Ponorogo.

Setelah pemberontakan usai, Pakubuwono II memerintahkan pemindahan pusat pemerintahan dari Kartasura ke Surakarta.

Pemindahan pusat pemerintahan inilah yang mengawali sejarah panjang Kota Surakarta atau Kota Solo dikemudian hari hingga saat ini.

Pada masa pemerintahan Pakubuwono II ini pula terjadi pemberontakan dari Raden Mas Said dan Pangeran Mangkubumi yang masih saudaranya.

Sejarah mencatat, pemberontakan-pemberontakan ini yang kemudian membuat Mataram Islam terpecah menjadi Kasunanan Surakarta, Kesultanan Yogyakarta, dan Pura Mangkunegaran.

Sumber:
Kompas.com
Tribunnewswiki.com

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Ingin Usung Kader Partai di Pilkada, PDI-P Sleman Panggil Danang Maharsa

Ingin Usung Kader Partai di Pilkada, PDI-P Sleman Panggil Danang Maharsa

Yogyakarta
Banding Dikabulkan, 2 Pelaku Mutilasi Mahasiswa UMY Dijatuhi Pidana Seumur Hidup

Banding Dikabulkan, 2 Pelaku Mutilasi Mahasiswa UMY Dijatuhi Pidana Seumur Hidup

Yogyakarta
PDI-P Lakukan Penjaringan Bakal Calon Bupati Bantul, Ada Nama Soimah Pancawati

PDI-P Lakukan Penjaringan Bakal Calon Bupati Bantul, Ada Nama Soimah Pancawati

Yogyakarta
PAN Kembali Usung Kustini Sri Purnomo di Pilkada Sleman

PAN Kembali Usung Kustini Sri Purnomo di Pilkada Sleman

Yogyakarta
Langkah Pemkot Yogyakarta Hadapi Desentralisasi Sampah

Langkah Pemkot Yogyakarta Hadapi Desentralisasi Sampah

Yogyakarta
Pj Wali Kota Yogyakarta Minta Masyarakat Buang Sampah di Depo Sampah

Pj Wali Kota Yogyakarta Minta Masyarakat Buang Sampah di Depo Sampah

Yogyakarta
KPU Kota Yogyakarta Segera Rekrut PPK dan PPS Pilkada, Sosialisasi Senin Depan

KPU Kota Yogyakarta Segera Rekrut PPK dan PPS Pilkada, Sosialisasi Senin Depan

Yogyakarta
Sempat Langka, Gunungkidul Tambah Stok Elpiji 3 Kilogram, Harga Tembus Rp 25.000

Sempat Langka, Gunungkidul Tambah Stok Elpiji 3 Kilogram, Harga Tembus Rp 25.000

Yogyakarta
Siap Maju Pilkada Yogyakarta, Mantan Wali Kota Heroe Poerwadi Sudah Cari Calon Pendamping

Siap Maju Pilkada Yogyakarta, Mantan Wali Kota Heroe Poerwadi Sudah Cari Calon Pendamping

Yogyakarta
Maju Independen di Pilkada Yogyakarta, Bakal Calon Harus Kantongi 27.000 Dukungan

Maju Independen di Pilkada Yogyakarta, Bakal Calon Harus Kantongi 27.000 Dukungan

Yogyakarta
Eks Direktur Perusahaan yang Jadi DPO Polda Jatim Berstatus Dosen UGM

Eks Direktur Perusahaan yang Jadi DPO Polda Jatim Berstatus Dosen UGM

Yogyakarta
Seorang Perempuan Curi Uang Rp 81 Juta di Bantul, Duitnya Langsung Disetorkan ke Bank

Seorang Perempuan Curi Uang Rp 81 Juta di Bantul, Duitnya Langsung Disetorkan ke Bank

Yogyakarta
Penyebab Terbakarnya Bus Tujuan Pati di Ring Road Barat Yogyakarta, Kerugian Ditaksir Rp 460 Juta

Penyebab Terbakarnya Bus Tujuan Pati di Ring Road Barat Yogyakarta, Kerugian Ditaksir Rp 460 Juta

Yogyakarta
Usai Libur Lebaran, Sampah Menumpuk di Jalanan Yogyakarta

Usai Libur Lebaran, Sampah Menumpuk di Jalanan Yogyakarta

Yogyakarta
Usai Dibuka Fungsional untuk Mudik, Tol Solo-Yogya Kembali Ditutup

Usai Dibuka Fungsional untuk Mudik, Tol Solo-Yogya Kembali Ditutup

Yogyakarta
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com