Upah dari bersih-bersih diterima ketika peziarah datang seperti Imlek sekarang atau saat hari Cheng Beng setelah Imlek. Samiyem mengungkapkan, upahnya tidak besar.
Biasanya diberikan bersama saat orang-orang lain ikut mencari angpau. Akibatnya, nilainya sama dengan yang lain. Samiyem tak persoalkan itu.
"Sebenarnya saya saja yang bersih-bersih beberapa makam itu. Yang lain hanya datang saja. Dikasih semua, sama, tidak dibedakan," kata Samiyem.
Samiyem mengungkapkan, kebanyakan peziarah dari luar Kulon Progo, utamanya Yogyakarta. Pasalnya, keturunan suku Tionghoa minoritas di Kulon Progo. “Kebanyakan dari Yogya,” kata Samiyem.
Saat ini diperkirakan tersisa empat keluarga saja di Kulon Progo. Salah satu peziarah asal Kulon Progo bernama Heri mengungkapkan, mereka ada yang menjalankan aktivitas sebagai pemilik dealer, bengkel, hingga toko.
"Kalau di Kulon Progo ini sepertinya hanya ada empat keluarga saja," kata Heri seraya menyebut satu-satu keluarga itu.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.