KOMPAS.com - Obyek wisata Dieng di Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah yang terkenal dengan hawa dingin memiliki fenomena unik yaitu embun upas atau embun es.
Fenomena yang membuat kawasan Dieng bagaikan negeri bersalju menjadi daya tarik bagi wisatawan
Baca juga: Suhu Dieng Minus Sebabkan Munculnya Embun Upas, Apa Itu?
Fenomena embun upas atau embun es di Dieng ini diketahui hanya terjadi di waktu-waktu tertentu.
Sebelum memutuskan untuk mengunjungi Dieng, ada baiknya wisatawan mengetahui penjelasan fenomena ini dan kapan waktu terbaik untuk menyaksikannya.
Baca juga: Apa Itu Embun Upas yang Muncul di Dieng dan Bagaimana Prosesnya?
Fenomena munculnya es yang menyelimuti permukaan benda dan tanaman sempat pada Kamis (30/6/2022) pagi.
Baca juga: Embun Upas, Sensasi Menikmati Winter di Dieng
Berdasarkan pengamatan Kepala Unit Pengelola Teknis (UPT) Pengelola Wisata Dieng, Sri Utami, suhu kawasan Dataran Tinggi Dieng pagi ini mencapai minus 1 derajat celsius.
Akibatnya, muncul fenomena embun es di beberapa titik, seperti kompleks Candi Arjuna, lapangan sekitar Candi Arjuna, dan Dharmasala.
Fenomena embun es ini merupakan fenomena kedua yang terjadi di Dieng selama 2022. Sebelumnya, fenomena embun es kali pertama muncul pada Januari 2022 lalu.
Kemunculan es yang menyelimuti permukaan dan terlihat tidak biasa ini ternyata secara ilmiah disebut dengan embun upas.
Melansir laman BMKG, embun upas muncul akibat perubahan suhu yang mencolok khususnya di awal musim kemarau.
Hal ini ditandai dengan suhu udara yang menjadi sangat dingin menjelang malam hingga pagi, dan melonjak hingga panas menyengat di siang hari.
Faktor yang menyebabkan kondisi ini adalah gerak semu matahari, intrusi suhu dingin dan laju penurunan suhu terhadap ketinggian.
Hal ini membuat terjadinya suhu dingin ekstrem yang bisa memunculkan embun-embun dingin yang beku.
Dinamakan upas karena ketika menyelimuti tanaman kentang, embun ini membuat tanaman mati sehingga dikenal juga dengan istilah embun racun.
BMKG juga menjelaskan mengenai kapan tepatnya waktu yang tepat bagi wisatawan untuk melihat fenomena “salju” di Dieng.
Menurut BMKG dalam rilisnya, fenomena suhu udara dingin secara alami terjadi di bulan-bulan puncak musim kemarau yaitu antara bulan Juli hingga September.
Pada bulan tersebut, Pulau Jawa hingga NTT tengah menuju periode puncak musim kemarau yang ditandai dengan pergerakan angin dari arah timur, yang berasal dari Benua Australia.
Angin monsun Australia, kurangnya uap air, dan perawanan pada langit musim kemarau membuat wilayah Dieng berpotensi terjadi embun es (embun upas) yang disebut sebagai salju oleh sebagian orang.
Walau begitu, dimungkinkan juga kemunculan embun upas di bulan-bulan lain saat syarat dan kondisi alam memang mendukung.
Kondisi ini juga bisa membantu wisatawan untuk memperkirakan kapan terjadinya embun upas.
Hal yang bisa diamati antara lain jika langit terlihat cerah serta suhu malam hari terasa dingin ekstrem hingga menyentuh nol derajat atau dibawahnya, maka bisa diperkirakan akan terjadi embun upas pada pagi harinya.
Sumber:
bmkg.go.id
kompas.com