Legiun Mangkunegaran juga sangat terinspirasi dari gaya pasukan Grande Armee, pasukan darat terkuat di dunia saat itu, yang dipimpin langsung Napoleon.
Markas Legiun Mangkunegaran ada di sisi timur Pura Mangkunegaran. Pelatihannya dipusatkan di Soldat Sekul, sekolah militer milik Praja Mangkunegaran.
Dalam pelatihan itu, para pasukan dilatih untuk mahir menggunakan berbagai macam senjata, mulai senjata tajam, senjata api, maupun artileri atau meriam.
Tak hanya itu, Legiun Mangkunegaran juga dilatih agar memiliki mobilitas tinggi dengan menggunakan kuda.
Selain perang gerilya, Legiun Mangkunegaran juga dilatih untuk menghadapi perang jangka panjang.
Dengan pelatihan yang kompleks itu, Legiun Mangkunegaran menjelma menjadi pasukan modern pertama di Indonesia.
Hal ini lantaran unsur infanteri, kavaleri, dan artileri tergabung dan aktif di dalam Legiun Mangkunegaran.
Baca juga: Hamengkubuwono, Paku Alam, Pakubuwono, Mangkunegara, Apa Bedanya?
Pada saat itu Legiun Mangkunegaran memiliki jumlah personel mencapai 1.150 orang prajurit.
Mereka terbagi menjadi pasukan infanteri berjumlah 800 prajurit, pasukan penyerbu 100 prajurit, pasukan kavaleri 200 prajurit, dan pasukan “rijdende artileri” atau meriam 50 prajurit.
Persenjataan yang digunakan juga sangat lengkap, yang meliputi persenjataan khas Jawa seperti keris, hingga persenjataan Eropa seperti senapan dan pistol.
Legiun Mangkunegaran juga memiliki struktur layaknya pasukan modern pada umumnya.
Strukturnya terdiri dari 2 orang perwira senior berpangkat mayor, 4 orang letnan ajudan, 9 orang kapten, 8 letnan tua, 8 letnan muda.
Kemudian ada 32 orang sersan, 62 orang kopral, 900 orang flankier, 200 orang dragoon, dan 50 orang steffel.
Para prajurit Legiun Mangkunegaran juga mengenakan seragam berupa jas hitam pendek dan topi syako bagi bintara.
Sementara perwira mengenakan topi syako, jas hitam, dan celana putih.
Legiun Mangkunegara juga terlibat dalam sejumlah pertempuran besar, seperti Perang Napoleon di Asia tahun 1811, menumpas bajak laut di Bangka tahun 1819-1820.
Kemudian Perang Jawa 1825-1830, Perang Aceh 1873-1904, hingga perang menghadapi tentara Jepang pada tahun 1942.
Sumber:
Puromangkunegaran.com