Sulitnya sinyal kemungkinan karena padukuhan berada di lembah dikelilingi pegunungan karst.
Untuk internet, dirinya menggunakan modem yang belum lama dibelinya diletakkan di depan rumah menggunakan pipa dan ditutupi kaleng plastik bekas makanan.
Menurut Irna, sinyal yang diperolehnya menggunakan modem terbaru cukup membantu pekerjaanya, mulai rapat online sampai sinyal untuk komunikasi.
"Ya lumayan, saya gonta-ganti provider untuk mendapatkan sinyal," kata dia.
"Itu pun tidak boleh dipindah, karena kalau dipindah sinyalnya hilang," kata Irna.
Bagi warga yang tidak memiliki penangkap sinyal, harus mencari lokasi yang agak tinggi untuk mendapatkan sinyal internet.
"Kalau kita mau mencari informasi apapun melalui gawai itu kita harus ke tempat yang tinggi," kata dia.
Baca juga: Bupati Sleman Resmikan Fasilitas WiFi Gratis di 435 Padukuhan
Di depan rumah Dukuh Irna ada sebuah meteran PDAM, di atasnya ada jadwal aliran air bersih
Itu satu-satunya meteran yang ada di Dusun Janganmati, dan pengelolaannya dilakukan bergilir.
Setiap beberapa kubik air nantinya selang dari kran akan dipindah, ada dua selang yakni sisi timur dan barat padukuhan.
Praktis warga sekitar mengandalkan pasokan dari PDAM, dan air hujan saat musim hujan.
Sebab, tidak ada sumber mata air di sekitar Padukuhan tersebut.
Warga memanfaatkan air hujan yang ditampung melalui bak PAH (Penampungan Air Hujan) yang ada disamping atau di belakang rumah.
Adapun untuk pertanian mereka hanya mengandalkan air hujan, atau ladang tadah hujan. Saat musim kemarau ladang dipakai menanam tanaman pakan ternak, atau dibiarkan begitu saja.
"Di sini setiap musim kemarau ya harus membeli, rumah saya saja 18 tangki selama musim kemarau, dan setiap tangkinya Rp 150.000. Tapi, tergantung jumlah keluarganya," ucap dia.
Baca juga: Hampir Separuh Wilayah di Padukuhan Ini Hilang karena Tol Yogya-Bawen
Baru 10 tahun terakhir listrik masuk Padukuhan Janganmati, dulu warga hanya mengandalkan listrik yang disambung secara swadaya oleh masyarakat sekitar.
"Dulu itu sampai habis 16 rol kabel untuk menyambung dari Bohol (Kapanewon Rongkop) ke sini. Satu kabel digunakan untuk beberapa warga," ucap warga lainnya, Sumpomo.
Suami dari Irna itu menceritakan, jika ada kabel yang putus di malam hari, warga sekitar bergotong-royong mencari lokasi kabel yang terputus.
"Di sini warganya rukun-rukun, jika ada kesulitan langsung bergerak," kata dia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.