KOMPAS.com - Sebelum menjadi Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), di wilayah Nusantara berdiri sejumlah kerajaan yang bukti-bukti kejayaannya masih bisa dilihat hingga saat ini.
Bukti kejayaan kerajaan-kerajaan di masa lalu dapat dilihat dari situs-situs peninggalan, mulai dari prasasti hingga bangunan candi.
Salah satu candi yang merupakan peninggalan kerajaan di masa lalu adalah Candi Cetho.
Lokasi Candi Cetho berada di lereng Gunung Lawu, tepatnya di Dusun Ceto, Desa Gumeng, Kecamatan Jenawi, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah.
Saat ini, Candi Cetho termasuk cagar budaya yang ditetapkan sejak 26 Maret 2007. Candi ini juga menjadi destinasi wisata sejarah yang dibuka untuk umum.
Baca juga: Mampir ke Candi Cetho, Candi Hindu di Lereng Gunung Lawu
Candi Cetho dibangun sekitar tahun 1452-1470 Masehi pada zaman Kerajaan Majapahit, tepatnya pada masa pemerintahan Prabu Brawijaya V.
Cetho berasal dari bahasa Jawa yang artinya jelas. Maksudnya, dari lokasi candi ini seseorang bisa dengan jelas memandang ke seluruh penjuru lantaran berada di ketinggian 1.496 meter di atas permukaan laut.
Kompleks Candi Cetho pertama kali ditemukan pada tahun 1842, oleh seorang warga negara Belanda bernama Van der Vlis.
Sejak ditemukan itu, Candi Cetho menarik perhatian para peneliti dan ahli kepurbakalaan, seperti W.F. Sutterheim, K.C. Crucq, N.j. Krom, A.J. Bernet Kempers, dan Riboet Darmosoetopo..
Dari keterangan yang ditemukan di kompleks Candi Cetho, diketahui bahwa ini merupakan
candi Hindu, untuk prosesi ruwatan.
Baca juga: Romantisme Candi Cetho Berselimut Kabut
Fakta candi ini sebagai candi Hindu menyimpulkan adanya toleransi beragama yang kuat di masa Majapahit, mengingat agama resmi kerajaan itu adalah Budha.
Adapun kompleks candi yang bisa ditemui saat ini merupakan hasil pemugaran yang dilakukan pada akhir tahun 1970.
Antara satu teras dengan yang lain dihubungkan oleh sejumlah pintu dan jalan setapak yang membagi halaman menjadi dua bagian.
Pada teras terakhir yaitu yang ke-11, terdapat bangunan induk dari Candi Cetho. Sementara pada teras paling bawah di sisi timur terdapat gapura sebagai gerbang masuk kompleks candi.
1. Teras Pertama
Pada teras pertama terdapat bangunan dengan pondasi setinggi sekitar 2 meter, dan tidak memiliki dinding.
Sisi dalam bangunan ini tampak sering dijadikan tempat meletakkan sesajen. Pada ujung barat teras terdapat gapura dan tangga dari batu.
Adapun pada tangga yang menuju ke teras kedua terdapat sepasang arca Nyai Agni, namun salah satunya sudah tidak utuh.
2. Teras Kedua