Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Tentukan Pilihanmu
0 hari menuju
Pemilu 2024

Taman Sriwedari: Sejarah, Isi, dan Kronologi Sengketa

Kompas.com - 16/01/2022, 12:03 WIB

KOMPAS.com - Taman Sriwedari merupakan kompleks taman yang menjadi salah satu destinasi wisata bernilai sejarah yang berada di Solo, Jawa Tengah.

Taman Sriwedari yang dulu dikenal sebagai Taman Raja ini berlokasi di Jalan Slamet Riyadi, No. 275, Kecamatan Lawedan, Kota Surakarta.

Taman Sriwedari dibangun oleh Raja Kasunanan Surakarta, yaitu Sinuhun Pakubuwono X, sebagai tempat hiburan rakyat, abdi dalam, dan sentana dalem keraton.

Baca juga: Rahvana Sveta di Atas Panggung Gedung Wayang Orang Sriwedari, Memukau...

Sejarah Taman Sriwedari

Pembangunan Taman Sriwedari dimulai pada tahun 1899 Masehi. Awalnya lokasi Taman Sriwedari merupakan taman kota, dan mulai 1901 dijadikan kawasan rekreasi.

Taman Sriwedari dibangun di atas lahan yang dibeli Pakubuwono IX dan diberikan kepada putra mahkotanya yaitu Pakubuwono X.

Lokasi tanah yang kini menjadi Taman Sriwedari awalnya adalah milik seorang Belanda bernama Johanness Busselarr.

Pembelian tanah tercatat dalam akta notaris dengan nomor 10 tanggal 13 Juli 1877 seharga 65.000 Gulden.

Pada periode tahun 1905 sampai 1917, Taman Sriwedari mengalami sejumlah pemugaran dan pengubahan fungsi.

Penambagan bangunan juga dilakukan pada periode tersebut, hingga taman itu memiliki kebun binatang, bioskop, pentas pagelaran wayang orang, dan wayang kulit.

Melansir Majalah Kejawen terbitan Balai Pustaka edisi 28 Maret 1928, disebutkan bahwa istilah Sriwedari sendiri berasal dari Serat Arjunasasra.

Dalam serat itu disebutkan bahwa Taman Sriwedari merupakan taman buatan milik Prabu Arjunasasra yang memiliki keindahan layaknya taman di surga.

Keindahan Taman Sriwedari milik Prabu Arjunasasra yang mempu menandingi taman surga itu lantaran diciptakan oleh Sri Batara Wisnu.

Sementara cikal bakal Taman Sriwedari yang ada saat ini sudah ada sejak masa Pakubuwono II, yaitu perpindahan keraton dari Kartasura ke Surakarta.

Taman Sriwedari di Surakarta pada awal 1900. COLLECTIE TROPENMUSEUM Taman Sriwedari di Surakarta pada awal 1900.
Baca juga: Bermula dari era Mangkunegaran VI, Begini Kisah Wayang Orang Sriwedari

Setelah keraton di Kartasura hancur akibat serangan dalam peristiwa geger pecinan, Pakubuwono II menitahkan agar mencari tempat yang memadai untuk keraton baru.

Maka dipilihlah sebuah tempat yang kala itu dikenal sebagai Dusun Sala. Sala sendiri merupakan nama seorang abdi dalam jajar Ki Busala.

Adapun penetapan titik keraton berdasarkan langkah gajah milik Pakubuwono II. Gajah itu dilepas untuk berjalan dari keraton di Kartasura dengan diiringi abdi dalem keraton.

Hingga memasuki Dusun Sala, gajah itu masih terus berjalan. Gajah itu lantas berhenti di lokasi yang saat ini menjadi lokasi Taman Sriwedari.

Lokasi gajah berhenti itu sejatinya menjadi lokasi keraton yang baru. Namun ada ramalan yang menyebutkan keraton tidak akan langgeng jika didirikan di lokasi gajah berhenti itu.

Lantas titik bakal keraton yang baru itu digeser lebih ke timur, hingga pada lokasi keraton saat ini.

Isi Taman Sriwedari

Terdapat sejumlah bangunan sebagai tempat hiburan yang ada di Taman Sriwedari. Di antaranya:

1. Museum Radya Pustaka

Museum Radya PustakaTribunsolo.com Museum Radya Pustaka
Museum Radya Pustaka menjadi salah satu bangunan yang berada di area kompleks Taman Sriwedari sebelah timur.

Letak Mesum Radya Pustaka ini tepatnya ada di Jalan Slamet Riyadi, Sriwedari, Kecamatan Laweyan, Solo.

Museum ini dibangun oleh Adipati Sosrodiningrat IV, yang kala itu menjabat sebagai pepatih dalem Keraton Kasunanan Surakarta.

Secara bahasa, radya berarti negara atau keraton, dan pustaka berarti perpustakaan. Sehingga arti Radya Pustaka adalah perpustakaan negara.

Di dalam museum ini terdapat sejumlah koleksi seperti arca pusaka, wayang kulit, peralatan musik tradisional, hingga pakaian kerajaan.

Setidaknya terdapat 400 naskah kuno yang tersimpan dalam museum ini, di antaranya naskah yang ditulis era Pakubuwono I tahun 1729.

Baca juga: Radya Pustaka di Kota Solo, Museum Tertua Indonesia

2. Gedung Wayang Orang

Gedung Wayang Orang SriwedariBayu Adi Isnanto/Tribunsolo.com Gedung Wayang Orang Sriwedari
Bangunan yang berada di area kompleks Taman Sriwedari berikutnya adalah Gedung Wayang Orang.

Gedung pertunjukan ini didirikan pada tahun 1910 pada masa pemerintahan Pakubuwono X. Sehingga gedung ini termasuk gedung pertunjukan tertua di Indonsia.

Cikal bakal Gedung Wayang Orang awalnya pagelaran wayang orang yang digelar pada masa Kanjeng Gusti Pangeran Arya Adipati (KGPAA) MAngkunegara I.

Saat itu para pemainnya adalah para abdi dalem. Namun pagelaran wayang orang ini terhenti beberapa waktu lamanya.

Hingga kemudian ada seorang pengusaha Tionghoa bernama Gan Kam. Dia menawarkan diri untuk menjadi sponsor, dan wayang orang digelar di luar istana.

Lambat laun pagelaran wayang orang ini sangat diminati oleh masyarakat. Hingga saat Pakubuwono X berkuasa, dia meminta para pemain untuk tampil di Taman Sriwedari.

Pertama kali pertunjukan wayang orang di taman ini dilakukan pada tahun 1910.

Baca juga: Upaya Banding Lahan Sriwedari Solo Ditolak, Gibran: Harus Diperjuangkan untuk Warga

Kronologi Sengketa Taman Sriwedari

Meski pernah menjadi pusat hiburan masyarakat di masa lalu, Taman Sriwedari saat ini menjadi sengketa.

Sengketa perebutan hak milik taman ini terjadi antara pihak keluarga ahli waris RMT Wirjodiningrat selaku penggugat dan Pemerintah Kota Solo selaku tergugat.

Sengketa ini memiliki akar masalah yang cukup panjang. RMT Wirjodiningrat sendiri merupakan perantara dalam proses pembelian lahan yang transaksinya tertanggal 13 Juli 1877.

Pada tahun 1970, sebanyak 11 trah RMT Wirjodiningrat mendaftarkan gugatan perdata ke Pengadilan Negeri Solo.

Dari gugatan itu diputuskan lahan Sriwedari seluas 9,9 hektare menjadi milik ahli waris RMT Wirjodiningrat.

Namun Pemkot Solo tidak tinggal diam. Segala upaya hukum terus dilakukan untuk mendapatkan kembali hak atas tanah Taman Sriwedari.

Sumber: Kompas.com Tribunnews.com; Kompas.tv; Belajar.kemdikbud.go.id; Sastra.org

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Video rekomendasi
Video lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+


Rekomendasi untuk anda
27th

Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!

Syarat & Ketentuan
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.

Terkini Lainnya

4 Fakta Terbaru Kasus Perempuan Korban Mutilasi di Sleman, Pelaku Terlilit Pinjol hingga Sempat Makan Usai Bunuh Korban

4 Fakta Terbaru Kasus Perempuan Korban Mutilasi di Sleman, Pelaku Terlilit Pinjol hingga Sempat Makan Usai Bunuh Korban

Yogyakarta
Pelaku Mutilasi di Sleman Sudah Merencanakan Aksinya dengan Persiapkan Senjata Tajam

Pelaku Mutilasi di Sleman Sudah Merencanakan Aksinya dengan Persiapkan Senjata Tajam

Yogyakarta
Pelaku Mutilasi di Sleman Tulis Surat Usai Habisi Korban, Ini Isinya

Pelaku Mutilasi di Sleman Tulis Surat Usai Habisi Korban, Ini Isinya

Yogyakarta
Kasus Mutilasi di Sleman, Guru Besar UGM Bahas Motif Utang hingga Surat Penyesalan Pelaku

Kasus Mutilasi di Sleman, Guru Besar UGM Bahas Motif Utang hingga Surat Penyesalan Pelaku

Yogyakarta
Pelaku Mutilasi Wanita di Sleman Sempat Berencana Buang Mayat Korban ke Toilet

Pelaku Mutilasi Wanita di Sleman Sempat Berencana Buang Mayat Korban ke Toilet

Yogyakarta
Rayakan Tradisi Memasuki Ramadhan di Masa Cuaca Ekstrem, Polisi Larang Padusan Mandi di Laut

Rayakan Tradisi Memasuki Ramadhan di Masa Cuaca Ekstrem, Polisi Larang Padusan Mandi di Laut

Yogyakarta
Ngebut Pakai Yamaha R25, Bocah 15 Tahun Tabrak Remaja di Semarang hingga Tewas, Ini Faktanya

Ngebut Pakai Yamaha R25, Bocah 15 Tahun Tabrak Remaja di Semarang hingga Tewas, Ini Faktanya

Yogyakarta
Pelaku Mutilasi di Sleman Kenal Korban lewat Medsos, Sudah Beberapa Kali Bertemu

Pelaku Mutilasi di Sleman Kenal Korban lewat Medsos, Sudah Beberapa Kali Bertemu

Yogyakarta
Usai Mutilasi Perempuan di Sleman, Pelaku ke Warung untuk Makan

Usai Mutilasi Perempuan di Sleman, Pelaku ke Warung untuk Makan

Yogyakarta
Kasus Mutilasi di Sleman, Pelaku Nekat Membunuh Korban karena Terlilit Utang Pinjol

Kasus Mutilasi di Sleman, Pelaku Nekat Membunuh Korban karena Terlilit Utang Pinjol

Yogyakarta
Prakiraan Cuaca di Yogyakarta Hari Ini, 22 Maret 2023: Pagi Cerah Berawan, Sore Hujan Petir

Prakiraan Cuaca di Yogyakarta Hari Ini, 22 Maret 2023: Pagi Cerah Berawan, Sore Hujan Petir

Yogyakarta
Foto Mesumnya Beredar, Kepsek SD dan Korwil Disdik di Wonogiri Diberhentikan Sementara

Foto Mesumnya Beredar, Kepsek SD dan Korwil Disdik di Wonogiri Diberhentikan Sementara

Yogyakarta
Masjid UGM Pastikan Tak Akan Undang Anies dan Ganjar untuk Isi Acara Ramadhan, Ini Alasannya

Masjid UGM Pastikan Tak Akan Undang Anies dan Ganjar untuk Isi Acara Ramadhan, Ini Alasannya

Yogyakarta
Masjid UGM Undang Tokoh Nasional Untuk Isi Acara Ramadhan Public Lecture

Masjid UGM Undang Tokoh Nasional Untuk Isi Acara Ramadhan Public Lecture

Yogyakarta
Pedagang di Sentra Thrifting di Kota Yogyakarta Alami Penurunan Omzet 50 Persen

Pedagang di Sentra Thrifting di Kota Yogyakarta Alami Penurunan Omzet 50 Persen

Yogyakarta
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Verifikasi akun KG Media ID
Verifikasi akun KG Media ID

Periksa kembali dan lengkapi data dirimu.

Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.

Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke