Ki Ageng Sela memiliki beberapa anak, di antaranya Ki Ageng Enis, Nyai Ageng Saba, dan lainnya.
Ki Ageng Enis memiliki anak salah satunya Ki Pemanahan, ayah Panembahan Senapati yang merupakan raja pertama Mataram Islam. Sementara dari Nyai Ageng Saba lahir Ki Juru Martani.
Dari sini dapat dikatakan bahwa Ki Ageng Selo merupakan leluhur raja-raja Mataram Islam.
Ki Ageng Selo dikenal sebagai sosok yang sakti mandraguna. Kesaktiaannya ini didapat dari kebiasaannya berguru dan bertapa dari hutan ke hutan.
Salah satu kesaktiaannya adalah saat Ki Ageng Selo berhasil menangkap petir.
Alkisah suatu hari Ki Ageng Selo sedang menggarap sawah. Namun saat itu cuaca kurang bersahabat karena mendung.
Baru beberapa cangkulan, hujan pun turun disertai petir. Kilatan petir itu lantas ditangkap oleh Ki Ageng dan tidak dilepas meski suaranya menggelegar.
Baca juga: Sejarah Masjid Agung Demak: Tahun Berdiri, Ciri Khas, dan Foto
Berikutnya, petir yang ditangkap Ki Ageng Selo itu dibawa menghadap ke Sultan Demak. Sultan lantas memerintahkan agar petir atau bledeg itu digambar.
Sultan juga menitahkan agar jangan ada yang menyiramkan air ke arah petir tangkapan Ki Ageng Selo itu.
Ki Ageng Selo pun membawa bledeg itu ke tengah alun-alun kota untuk digambar di sana. Ki Ageng meminta masyarakat untuk tidak mendekat.
Singkat cerita, saat Ki Ageng baru menggambar kepalanya, tiba-tiba ada seorang wanita mendekat dan langsung menyiramkan air ke arah bledeg itu.
Tindakan wanita itu menimbulkan ledakan keras. Berikutnya, bledeg dan wanita yang menyiramnya lantas lenyap.
Gambaran kepala petir itu dipercaya sebagai ornamen pada pintu utama Masjid Agung Demak.
Hingga kini, pintu itu dikenal dengan nama Pintu Petir atau Lawang Bledeg yang diyakini bisa menangkal petir.
Sumber:
Olthof (1941), Babad Tanah Jawi, Hal. 43-58.