Putusnya internet juga dirasakan warga di desa lain, Hargowilis, Kokap.
Direktur BUMDes Gendhis Manis di Hargowilis, Kokap, Rohmad Dangu Purwanto mengungkapkan, keluhan pengguna terus muncul namun belum ada solusi dari penyedia saja internet maupun pemerintah sebagai inisiator awal.
Rohmad mengungkapkan, keluhan itu beralasan. Pasalnya, pengguna tidak hanya beli pulsa.
Banyak pelanggan yang harus mengeluarkan modal besar untuk bisa menikmati murah ini.
Baca juga: Dulu Dipelihara Warga, Dua Elang Jantan Dilepasliarkan ke Langit Bukit Menoreh
Hargowilis berada di kemiringan yang ekstrem dan jalan terjal. Sulit sinyal jadi hal biasa, sementara sinyal provider yang punya nama besar tidak menjangkau lokasi sulit.
Karenanya, jaringan internet murah yang diinisiasi pemerintah dirasa membantu. Banyak warga berani mengeluarkan biaya besar demi menikmati sinyal.
Mereka ada saja yang mengeluarkan uang Rp 600.000 – 1.300.000 untuk mendirikan antena penangkap sinyal, kabel, hingga router. “Daya tarik terbesar adalah harga murah, internet lebih cepat dibanding provider lain yang memiliki nama besar,” kata Rohmad.
Inilah mengapa ketika PuksaKu mati maka banyak pelanggan komplain. Beralih ke provider lain yang lebih mahal bukan perkara sepele. Pelanggan pun komplain ke BUMDes.
“Kami ini padahal hanya menjual voucher pulsa,” kata Rohmad di kantornya.
Baca juga: Makan Ketupat bersama Ternak, Tanda Syukur Panen Padi di Bukit Menoreh
Dinas Komunikasi dan Informasi Pemkab Kulon Progo masih memantau perkembangan putusnya jaringan internet tersebut.
Kepala Dinas Kominfo Kulon Progo Agung Kurniawan mengungkapkan, masih mendalami permasalahannya.
Pemerintah masih terus mengkaji sejumlah langkah agar program desa online ini berjalan.
Pasalnya, matinya internet diyakini tidak hanya terkait dengan persoalan teknis jaringan, namun juga perlunya pengelolaan yang lebih baik.
“Sampai sekarang masih kami kaji di mana kita akan masuk nanti,” kata Agung.