Dalam menjalankan jasanya, Suratman mematok tarif bervariasi, mulai dari Rp 20 ribu. Tak jarang, ada penumpang yang memberikan tip atau uang lebih bagi para porter.
“Kalau sekarang saya jarang pulang sehari bisa mendapatkan Rp 60.000, yang penting itu telaten dan tetap bersabar karena rezeki ada yang atur,” tandasnya.
Rekan Suratman, Suroso (45), juga merasakan hal sama.
Baca juga: Kisah Pilu Siswoyo, Lumpuh dan Hanya Dirawat 2 Anaknya yang Masih Kecil
Dia mengungkapkan, sekarang ini tidak banyak jadwal perjalanan kereta api. Apabila biasanya ada 30-an perjalanan dalam sehari, kini hanya delapan. Itu pun penumpangnya sepi.
"Kereta belum banyak yang jalan, sepi penumpangnya juga. Sekarang ada aturan kalau 12 tahun ke bawah dilarang naik kereta. Syarat sudah vaksin, sekarang banyaknya pekerja, mereka bawaannya sedikit,” paparnya.
Pria yang menjadi porter sejak tujuh tahun lalu ini juga menyampaikan bahwa banyak kawannya yang alih profesi selama pandemi.
Baca juga: Kisah Afni, Gadis Desa yang Rela Tak Kuliah demi Merawat Ayah dan Paman yang ODGJ, Sempat Jadi ART
“Kita porter total ada 100 orang, dibagi menjadi dua shift 50 orang. Kalau sekarang ini paling yang datang hanya 15 orang,” sebutnya.
Para porter tersebut berharap agar situasi lekas membaik, sehingga perjalanan kereta api bisa kembali normal.
Sumber: Kompas.com (Penulis: Kontributor Yogyakarta, Wisang Seto Pangaribowo | Editor: Khairina)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.