Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tradisi Mubeng Beteng, Mencari Ketenangan Hati dalam Sunyi

Kompas.com - 08/08/2021, 10:50 WIB
Reza Kurnia Darmawan

Editor

KOMPAS.com - Menyambut malam 1 Suro, Keraton Yogyakarta rutin mengadakan ritual tapa bisu mubeng beteng.

Dalam tradisi ini, peserta ritual akan berjalan kaki mengelilingi benteng Keraton Yogyakarta. Saat menjalani ritual, peserta tidak diperbolehkan berbicara atau tapa bisu.

Tapa bisu mubeng beteng dilakukan pada tengah malam hingga dini hari.

Ritual ini dimulai saat lonceng Kyai Brajanala di regol Keben dibunyikan sebanyak 12 kali.

Selanjutnya, abdi dalem dan warga berjalan kaki sejauh kurang lebih lima kilometer mengelilingi benteng Keraton Yogyakarta.

Bagian terdepan rombongan ritual mubeng beteng merupakan abdi dalem yang mengenakan pakaian Jawa tanpa keris dan alas kaki.

Mereka berjalan sambil membawa bendera Indonesia dan panji-panji Keraton Yogyakara.

Di belakang abdi dalem terdapat warga.

Baca juga: Patuhi Imbauan Pemerintah, Keraton Yogyakarta Tiadakan Tradisi Mubeng Beteng di Malam 1 Suro

Dari Keben, peserta ritual kemudian melewati Jalan Rotowijayan, Jalan Kauman, Agus Salim, Wahid Hasyim, Suryowijayan.

Kemudian melintasi pojok Beteng Kulon, MT Haryono, Mayjen Sutoyo, pojok Beteng Wetan, Brigjen Katamso, Ibu Ruswo, Alun-alun Utara, dan kembali ke Keben.

Sebelum mubeng beteng dimulai, terlebih dulu diperdengarkan tembang Macapat dari Bangsal Srimanganti.

Berdasar pemberitaan Kompas.com pada 25 Oktober 2014, Ketua Paguyuban Kaprajan Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat Kanjeng Pangeran Mangunkusuma menuturkan, tembang Macapat dilantunkan supaya masyarakat yang akan mengikuti mubeng beteng bisa mempersiapkan batinnya, sekaligus masuk dalam suasana meditasi.

Sedangkan, doa-doa yang dilagukan lewat Macapat dimaksudkan supaya masyarakat mendekatkan diri kepada Yang Mahakuasa sebelum berjalan keliling beteng keraton.

Baca juga: Mubeng Beteng, Menyambut Tahun Baru dengan Renungan

 

Usir wabah

Endah Susilantini dalam tulisannya “Mubeng Beteng, Aktivitas Spiritual Masyarakat Yogyakarta” mengatakan bahwa ritual ini pernah dipakai untuk mengusir wabah flu yang menjangkiti warga Yogyakarta pada 1919.

Kala itu, warga Yogyakarta meminta kepada pihak keraton untuk melakukan ritual pengibaran bendera pusaka bernama Kanjeng Kiai Tunggul Wulung.

Pusaka tersebut kemudian dikirab mengelilingi benteng keraton.

Kanjeng Kiai Tunggul Wulung kembali dikirabkan tatkala penyakit pes mewabah pada 1932, 1946, dan 1951.

Baca juga: Ikut Mubeng Beteng, Sadiono Berharap Keselamatan

Kirab mengelilingi benteng ini dimaksudkan untuk mencegah dan menghentikan penyebaran penyakit yang melanda masyarakat luas, termasuk warga Yogyakarta.

Waktu itu, prosesi mubeng beteng disertai kirab pusaka Kanjeng Kiai Tunggul Wulung dilaksanakan oleh Keraton Yogyakarta secara besar-besaran.

Kanjeng Kiai Tunggul Wulung berada paling depan dalam rombongan.

Di belakangnya terdapat satu batalyon prajurit keraton, kemudian disusul sebagian warga Yogyakarta dari berbagai penjuru.

Adapun mengenai Kanjeng Kiai Tunggul Wulung, pusaka tersebut konon merupakan bagian dari kain penutup Kabah yang dibawa oleh Imam Safi’i, seorang utusan Sultan Hamengkubuwono I pada 1784 Masehi.

Baca juga: Jarak dan Usia Tak Halangi Warga Ikuti Laku Mubeng Beteng di Yogyakarta

 

Makna mubeng beteng

Endah menjelaskan, menurut konsep kejawen, mubeng beteng diartikan sebagai usaha manusia untuk mendekatkan diri kepada Tuhan.

Ritual mubeng beteng mempunyai pertalian erat dengan sembah raga.

Dalam “Serat Sasangka Jati”, makna sembah raga adalah upaya manusia untuk membersihkan dan mengendalikan diri dari segala nafsu keduniawian serta lebih mengingat Tuhan agar kehidupan menjadi selamat dan sejahtera.

Baca juga: Asal-Usul Kebo Bule, Hewan Milik Keraton Surakarta yang Dianggap Keramat

Sedangkan, Ridha Hayati dalam tulisannya “Makna Tradisi Ziarah dan Ritual Mubeng Beteng di Makam Raja-raja Imogiri, Yogyakarta” menyebutkan bahwa mubeng beteng merupakan simbol keheningan dan refleksi diri.

Saat menjalani mubeng beteng, pelaku ritual akan merasakan ketenangan dalam hati. Dari ketenangan tersebut akan mempengaruhi tindak-tanduk dalam keseharian.

Sumber: Kompas.com (Penulis: Kontributor Yogyakarta, Wisang Seto Pangaribowo; Kontributor Yogyakarta, Wijaya Kusuma | Editor: Khairina, Wisnubrata)

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Saat Bansos Jelang Pilkada Jadi Perhatian Khusus KPU DIY...

Saat Bansos Jelang Pilkada Jadi Perhatian Khusus KPU DIY...

Yogyakarta
Pembebasan Lahan di IKN, AHY: Tidak Boleh Asal Gusur

Pembebasan Lahan di IKN, AHY: Tidak Boleh Asal Gusur

Yogyakarta
Soal Gugatan 'Snack Lelayu', KPU Sleman: No Comment, Kami Sampaikan pada Waktu yang Tepat

Soal Gugatan "Snack Lelayu", KPU Sleman: No Comment, Kami Sampaikan pada Waktu yang Tepat

Yogyakarta
Soal Posisi PDI-P Pasca-Pilpres 2024, Ganjar: Rasanya Iya, di Luar Pemerintahan

Soal Posisi PDI-P Pasca-Pilpres 2024, Ganjar: Rasanya Iya, di Luar Pemerintahan

Yogyakarta
Besok BPBD DIY Gelar Simulasi Gempa, Masyarakat Diminta Tidak Kaget

Besok BPBD DIY Gelar Simulasi Gempa, Masyarakat Diminta Tidak Kaget

Yogyakarta
Ganjar Pastikan Siap Turun untuk Pemenangan PDI-P pada Pilkada 2024

Ganjar Pastikan Siap Turun untuk Pemenangan PDI-P pada Pilkada 2024

Yogyakarta
Partai Ramai-ramai Jaring Bakal Calon Kepala Daerah, Ini Kata Pengamat UGM

Partai Ramai-ramai Jaring Bakal Calon Kepala Daerah, Ini Kata Pengamat UGM

Yogyakarta
Prakiraan Cuaca Solo Hari Ini Kamis 25 April 2024, dan Besok : Siang Hujan Sedang

Prakiraan Cuaca Solo Hari Ini Kamis 25 April 2024, dan Besok : Siang Hujan Sedang

Yogyakarta
Prakiraan Cuaca Yogyakarta Hari Ini Kamis 25 April 2024, dan Besok : Siang Hujan Sedang

Prakiraan Cuaca Yogyakarta Hari Ini Kamis 25 April 2024, dan Besok : Siang Hujan Sedang

Yogyakarta
Selawat Perpisahan Siswa SD Bugel untuk Gedung Sekolah yang Terdampak Pembangunan Jalan

Selawat Perpisahan Siswa SD Bugel untuk Gedung Sekolah yang Terdampak Pembangunan Jalan

Yogyakarta
PDI-P Kulon Progo Buka Pendaftaran Bakal Calon Bupati dan Wakil Bupati Pekan Depan

PDI-P Kulon Progo Buka Pendaftaran Bakal Calon Bupati dan Wakil Bupati Pekan Depan

Yogyakarta
5 Nama Kembalikan Berkas Penjaringan Bakal Cawalkot Yogyakarta ke Partai Golkar, Ada Singgih Raharjo

5 Nama Kembalikan Berkas Penjaringan Bakal Cawalkot Yogyakarta ke Partai Golkar, Ada Singgih Raharjo

Yogyakarta
Soal 'Snack Lelayu' KPPS, KPU Sleman Digugat Rp 5 Miliar dan Permintaan Maaf Terbuka

Soal "Snack Lelayu" KPPS, KPU Sleman Digugat Rp 5 Miliar dan Permintaan Maaf Terbuka

Yogyakarta
Polisi Buru Pelaku Tabrak Lari yang Tewaskan Petani di Lampu Merah Sawo Jajar, Brebes

Polisi Buru Pelaku Tabrak Lari yang Tewaskan Petani di Lampu Merah Sawo Jajar, Brebes

Yogyakarta
Emosi Warga Saat Lihat Rekonstruksi Suami Bunuh Istri di Gunungkidul

Emosi Warga Saat Lihat Rekonstruksi Suami Bunuh Istri di Gunungkidul

Yogyakarta
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com