Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menilik Asal-usul Nama Kampung di Yogyakarta

Kompas.com - 21/03/2021, 10:47 WIB
Reza Kurnia Darmawan

Editor

KOMPAS.com - Kampung-kampung di Kota Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), memiliki sejarah panjang dalam penamaannya.

Riwayat penamaan atau toponimi kampung-kampung di Yogyakarta banyak yang berkaitan dengan keberadaan Keraton Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat.

Salah satu contohnya Kampung Sosromenduran yang terletak di Kecamatan Gedongtengen.

Kampung yang tak jauh dari Stasiun Yogyakarta dan Malioboro ini disebut pernah menjadi tempat tinggal seorang abdi dalem Keraton Yogyakarta.

Dikutip dari Toponim Kota Yogyakarta, abdi dalem tersebut bernama Kanjeng Raden Tumenggung (KRT) Sasramendura.

Baca juga: Sejarah Malioboro, Jalan yang Dihiasi Untaian Bunga

 

Akan tetapi, tugas yang diembankan kepada dia tidak diketahui secara jelas.

Ada juga Kampung Wijilan. Kampung yang di masa sekarang dikenal sebagai sentra kuliner gudeg ini berada di sekitar dalem atau tempat kediaman KRT Wijil.

Melansir kebudayaan.jogjakota.go.id, ia adalah suami Gusti Kanjeng Ratu (GKR) Dewi, yang merupakan putri Hamengkubuwono (HB) VII dari istri permaisuri GKR Kencono.

Rumah tersebut kemudian ditempati oleh Bendara Raden Ajeng (BRA) Condrokirono. Dia berasal dari keturunan yang sama seperti GKR. Dewi.

Dia mulai menempati dalem itu setelah suaminya, Kanjeng Pangeran Harya (KPH) Harjokusumo pensiun sebagai patih Danurejo VIII.

Dalem yang terletak di sebelah barat Jalan Wijilan ini kemudian dikenal sebagai Dalem Condrokiranan.

Baca juga: Sejarah Berdirinya Pasar Beringharjo Yogyakarta, Berawal dari Hutan Beringin, Resmi Dibangun Tahun 1925

 

Nama flora

Ilustrasi bunga melati.PIXABAY/CAPRI23 AUTO Ilustrasi bunga melati.

Penamaan kampung di Yogyakarta tak hanya berkaitan dengan keraton saja.

Ada juga yang terinspirasi dari nama flora.

Kampung Lempuyangan contohnya. Kampung yang berada tak jauh dari Stasiun Lempuyangan ini terletak di Kecamatan Danurejan.

Dari penuturan masyarakat setempat, di masa lampau, daerah ini banyak terdapat tanaman lempuyang.

Tumbuhan lempuyang dipercaya dapat memberikan manfaat bagi tubuh manusia.

Baca juga: Bukan karena Mistis, Ini Penyebab Satu Kampung di Ponorogo Ditinggalkan Semua Warganya

Dikutip dari Toponim Kota Yogyakarta, Imam Santosa dalam bukunya Sutha Naya Dhadap Waru, Manusia Jawa dan Tumbuhan menyebut akar rimpang lempuyang digunakan sebagai jamu sejak masa lampau.

Kampung Gambiran di Kecamatan Umbulharjo juga dinamai dari flora. Dulunya, daerah ini diyakini ditumbuhi oleh banyak pohon gambir.

Bagi masyarakat Jawa, getah remasan daun dan ranting pohon gambir yang telah dikeringkan, digunakan sebagai bahan pelengkap nginang atau makan sirih.

Selain gambir, bahan-bahan yang dicampur dalam kinang yakni tembakau kering, daun sirih, jambe, injet (kapur sirih), dan kembang kantil.

Kinang tidak ditelan, melainkan hanya dikunyah.

Baca juga: Keindahan Candi Prambanan dan Legenda Rara Jonggrang

 

Nama komunitas etnis

Gapura masuk ke Kampung Ketandan di Jalan Malioboro. Kampung ini erat kaitannya dengan sejarah  Kapitan Tan Jin Sing.KOMPAS.com/ Wijaya Kusuma Gapura masuk ke Kampung Ketandan di Jalan Malioboro. Kampung ini erat kaitannya dengan sejarah Kapitan Tan Jin Sing.

Selain dua di atas, toponimi kampung-kampung di Yogyakarta juga diambil dari bermukimnya komunitas etnis.

Satu di antaranya Kampung Ketandan. Kampung yang terletak di Kecamatan Gondomanan ini menjadi kawasan Pecinan.

Dikutip dari Toponim Kota Yogyakarta, Ketandan berasal dari katandhan.

Dalam Javaansch-Nederduitsch Woordenboek, J.F.C. Gericke dan T. Roorda menerangkan Ketandan merupakan tempat tinggal Tóndå atau tandha yang berprofesi sebagai tukang pajak.

Baca juga: Sejarah Benteng Kuto Besak Palembang

Di masa lalu, banyak juru pajak yang tinggal di sana. Dahulu, Sri Sultan umumnya memercayakan urusan perpajakan kepada orang Tionghoa.

Mereka bertugas menarik pajak dari para pedagang Pasar Beringharjo yang dulu dikenal dengan Pasar Gedhe atau Pasar Loring Aji.

Tak cuma penarik pajak, Ketandan juga dihuni orang-orang Tionghoa yang berprofesi sebagai pedagang dan pengrajin.

Di Ketandan ini, juga terdapat tempat tinggal para Kapiten Cina yang bertugas untuk mengurus berbagai kepentingan orang-orang Tionghoa di Yogyakarta.

Baca juga: Canthik Rajamala, Jejak Bisu Kejayaan Keraton Surakarta

 

Penamaan lainnya

Grebeg Maulud di Keraton YogyakartaSHUTTERSTOCK Grebeg Maulud di Keraton Yogyakarta

Selain yang telah diulas di atas, asal-usul nama kampung di Yogyakarta juga banyak diambil dari pekerjaan penduduk, nama kerajinan, dan lain-lain.

Arum Jayanti dalam tulisannya Toponimi Kampung Njeron Beteng dan Njaban Beteng di Keraton Yogyakarta, menjelaskan terdapat beberapa pola yang ditemukan dalam penamaan kampung-kampung di dalam (njeron) maupun luar (njaban) benteng Keraton Yogyakarta.

Baca juga: Asal-usul Kota Solo, dari Geger Pecinan hingga Perjanjian Giyanti

Penamaan kampung di dalam benteng diambil dari nama pangeran/putri/bangsawan (contohnya Kampung Kadipaten, Panembahan), keahlian abdi dalem (Pandean, Gamelan), abdi dalem jabatan (Mantrigawen), abdi dalem kesatuan prajurit (Langenastran), flora (Ngasem, Sawojajar), bangunan (Taman), petilasan (Segaran, Pulo), dan rupabumi (Panggung).

Toponimi kampung-kampung di luar benteng juga memuat penamaan seperti di atas, dengan tambahan aktivitas (Kampung Pingit, Macasan), komunitas etnis (Sayidan), pekerjaan penduduk (Tukangan, Ngupasan), benda kerajinan (Gampingan), folklor (Kintelan, Jenggotan), pola permukiman (Kotabaru), dan harapan (Tegalmulyo, Tegalsari).

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Ingin Usung Kader Partai di Pilkada, PDI-P Sleman Panggil Danang Maharsa

Ingin Usung Kader Partai di Pilkada, PDI-P Sleman Panggil Danang Maharsa

Yogyakarta
Banding Dikabulkan, 2 Pelaku Mutilasi Mahasiswa UMY Dijatuhi Pidana Seumur Hidup

Banding Dikabulkan, 2 Pelaku Mutilasi Mahasiswa UMY Dijatuhi Pidana Seumur Hidup

Yogyakarta
PDI-P Lakukan Penjaringan Bakal Calon Bupati Bantul, Ada Nama Soimah Pancawati

PDI-P Lakukan Penjaringan Bakal Calon Bupati Bantul, Ada Nama Soimah Pancawati

Yogyakarta
PAN Kembali Usung Kustini Sri Purnomo di Pilkada Sleman

PAN Kembali Usung Kustini Sri Purnomo di Pilkada Sleman

Yogyakarta
Langkah Pemkot Yogyakarta Hadapi Desentralisasi Sampah

Langkah Pemkot Yogyakarta Hadapi Desentralisasi Sampah

Yogyakarta
Pj Wali Kota Yogyakarta Minta Masyarakat Buang Sampah di Depo Sampah

Pj Wali Kota Yogyakarta Minta Masyarakat Buang Sampah di Depo Sampah

Yogyakarta
KPU Kota Yogyakarta Segera Rekrut PPK dan PPS Pilkada, Sosialisasi Senin Depan

KPU Kota Yogyakarta Segera Rekrut PPK dan PPS Pilkada, Sosialisasi Senin Depan

Yogyakarta
Sempat Langka, Gunungkidul Tambah Stok Elpiji 3 Kilogram, Harga Tembus Rp 25.000

Sempat Langka, Gunungkidul Tambah Stok Elpiji 3 Kilogram, Harga Tembus Rp 25.000

Yogyakarta
Siap Maju Pilkada Yogyakarta, Mantan Wali Kota Heroe Poerwadi Sudah Cari Calon Pendamping

Siap Maju Pilkada Yogyakarta, Mantan Wali Kota Heroe Poerwadi Sudah Cari Calon Pendamping

Yogyakarta
Maju Independen di Pilkada Yogyakarta, Bakal Calon Harus Kantongi 27.000 Dukungan

Maju Independen di Pilkada Yogyakarta, Bakal Calon Harus Kantongi 27.000 Dukungan

Yogyakarta
Eks Direktur Perusahaan yang Jadi DPO Polda Jatim Berstatus Dosen UGM

Eks Direktur Perusahaan yang Jadi DPO Polda Jatim Berstatus Dosen UGM

Yogyakarta
Seorang Perempuan Curi Uang Rp 81 Juta di Bantul, Duitnya Langsung Disetorkan ke Bank

Seorang Perempuan Curi Uang Rp 81 Juta di Bantul, Duitnya Langsung Disetorkan ke Bank

Yogyakarta
Penyebab Terbakarnya Bus Tujuan Pati di Ring Road Barat Yogyakarta, Kerugian Ditaksir Rp 460 Juta

Penyebab Terbakarnya Bus Tujuan Pati di Ring Road Barat Yogyakarta, Kerugian Ditaksir Rp 460 Juta

Yogyakarta
Usai Libur Lebaran, Sampah Menumpuk di Jalanan Yogyakarta

Usai Libur Lebaran, Sampah Menumpuk di Jalanan Yogyakarta

Yogyakarta
Usai Dibuka Fungsional untuk Mudik, Tol Solo-Yogya Kembali Ditutup

Usai Dibuka Fungsional untuk Mudik, Tol Solo-Yogya Kembali Ditutup

Yogyakarta
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com