Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Asal-usul Gudeg Yogyakarta, dari Prajurit di Hutan Mentaok hingga Kisah Raden Mas Cebolang

Kompas.com - 21/02/2021, 08:08 WIB
Rachmawati

Editor

KOMPAS.com - Gudeg tak bisa dipisahkan dengan Yogyakarta. Makanan ini menjadi salah satu ikon kuliner di kota tersebut.

Gudeg adalah salah satu makanan yang awet karena dimasak dengan pemanasan berulang.

Gudeg bercita rasa manis dengan warna coklat gelap, terbuat dari nangka muda, Saat disajikan dilengkapi dengan areh, sambal goreng krecek, dan laut seperti tempe , tahu, telur, atau daging ayam.

Tapi tak banyak yang tahu bahwa gudeg ternyata tidak hanya terbuat dari gori atau nangka muda.

Baca juga: 7 Tempat Makan Gudeg di Solo, Punya Penggemar Setia

Gudeg juga ada yang terbuat dengan bahan utama bunga kelapa. Ada juga gudeg rebung yaitu gudeg dari tunas bambu.

Jika gudeg nangka muda adalah gudeg komersial, maka gudeg manggar memiliki status sosial yang lebih tinggi karena hanya keluar saat pesta.

Gudeg manggar memiliki sensai rasa liat dan sulit ditemui. Selain saat pesta, gudeg manggar disajikan di acara-acara tertentu di hotel-hotel berbintang.

Sedangkan gudeg tunas bambu tidak beredar di pasaran. Gudeg rebung agak berair dan hanya menjadi variasi makanan rumahan.

Baca juga: Istilah Gudeg: Dari Prajurit Mataram hingga Sebutan Its Good, Dek

Lalu bagaiamana asal usul gudeg?

Gudeg Wijilan 167 (Dok. Biro Komunikasi Publik Kemenparekraf)BIRO KOMUNIKASI PUBLIK KEMENPAREKRAF Gudeg Wijilan 167 (Dok. Biro Komunikasi Publik Kemenparekraf)
Dikutip dari Buku Kuliner Yogyakarta Pantas Dikenang Sepanjang Masa yang ditulis Murdijati Gardjito Dkk dijelaskan jika gudeg telah dikenal sejak masa lampau.

Tepatnya pada pembangunan Kota Yogyakarta saat prajurit menebang Hutan Mentaok sekitar tahun 1756.

Kala itu prajurit yang sedang menebang di hutan menemukan banyak pohon nangka dan kelapa. Karena jumlah prajurit cukup banyak, maka nangka dan kelapa yang ditemukan mereka masak.

Untuk memasak nangka dan kelapa yang jumlahnya sangat banyak, mereka memasaknya dengan menggunakan sendok sebesar dayung perahu agar masakannya tercampur rata.

Karena itu namanya disebut hanggudeg yang artinya mengaduk. Lalu makanan tersebut populer dengan nama gudeg.

Baca juga: Alasan Gudeg Dijual Tengah Malam sampai Subuh di Yogyakarta

Kisah Raden Mas Cebolang

Sementara itu dalam Serat Cethini diceritakan tentang peristiwa yang terjadi pada tahun 1600-an. Dikisahkan Raden Mas Cebolang tiba di padepokan Pangeran Tembayat pada pagi hari lalu.

lMas Cebolang adalah aki-laki muda dengan paras elok rupawan yang mengembara bersama empat orang kawannya

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com