Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Akibat Guguran Lava, Morfologi Gunung Merapi Berubah, Permukaan Kawah Terangkat

Kompas.com - 05/12/2020, 14:19 WIB
Wisang Seto Pangaribowo,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

YOGYAKARTA, KOMPAS.com - Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Yogyakarta menyatakan telah terjadi perubahan morfologi pada kubah lava tahun 1948 dan kubah lava tahun 1988 di Gunung Merapi.

Perubahan tersebut disebabkan adanya runtuhan dan guguran lava.

Kepala Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi Yogyakarta, Kementerian ESDM, Hanik Humaida mengatakan, jika dilihat dari sisi tenggara tidak terlihat adanya perubahan.

Tetapi perubahan terlihat dari sisi barat.

Baca juga: Sleman dan Klaten Siap Terima Pengungsi Gunung Merapi Lintas Wilayah

"Dari data morfologi dilihat dari sisi tenggara itu morfologi tidak terjadi perubahan. Namun, kita melihat morfologi yang dari sisi Barat, terutama di kawah 1948 dan juga kawah 1888 ada perubahan," Kata Hanik kepada wartawan melalui konferensi online via Zoom, Jumat (4/12/2020).

"Perubahan ini disebabkan oleh adanya runtuhan dan guguran-guguran," imbuhnya.

Lanjut Hanik, hingga sekarang belum ada kemunculan kubah lava baru dan material baru selama peningkatan aktivitas Gunung Merapi.

"Sampai saat ini belum teramati adanya material baru atau kubah lava baru yang ada di puncak kawah," ujar dia.

Baca juga: Tercatat Sudah Terjadi 12 Kali Gempa Guguran di Gunung Merapi pada Hari Ini

Terbentuk rekahan baru

Hanik menuturkan, dari data morfologi yang diambil melalui satelit diketahui pula telah terjadi pengangkatan di permukaan kawah. Kemudian juga terdapat rekahan-rekahan terbentuk.

"Data morfologi dengan satelit ini, terjadi pengangkatan di permukaan kawah yang terletak di tengah. Kemudian banyak rekahan-rekahan terbentuk dalam kawah," ujar dia.

Dia menjelaskan perubahan tersebut teramati sejak minggu kemarin dan bersifat melebar. Dari foto yang diambil melalui satelit dapat dilihat guguran-guguran.

"Saat ini arah guguran itu dominan ke Sungai Senowo, Sungai Lamat, dan Sungai Gendol. Dengan jarak 3 kilometer ke Sungai Lamat," pungkas Hanik.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com