YOGYAKARTA, KOMPAS.com - Maraknya aksi klitih atau penyerangan kepada orang tanpa sebab yang jelas di Yogyakarta tidak terlepas dengan peredaran minuman keras dan narkoba.
Hal itu diungkapkan Sosiolog dari Universitas Gadjah Mada (UGM) Soeprapto.
Dalam penelitian dari 2008 hingga 2010, pelaku kejahatan jalanan di Yogyakarta selalu mengkonsumsi minuman keras dan narkoba sebelum beraksi.
"Mereka yang melakukan tindakan-tindakan kriminal di jalanan itu pada umumnya mereka didahului dengan minum-minuman keras," kata Soeprapto saat dihubungi Kompas.com, Rabu (05/02/2020).
Baca juga: Tips untuk Wisatawan agar Terhindar dari Klitih Saat di Yogyakarta
Karenanya, Soeprapto meminta pemerintah mau mengawasi peredaran minuman keras dan memberantas penyalahgunaan narkoba.
Selain itu, banyaknya tayangan yang memperlihatkan kekerasan juga bisa jadi pemicu maraknya kejahatan jalanan.
"Tayangan-tayangan yang menunjukan tidnak kekerasan, Saya rasa juga perlu diseleksi dengan baik," tegasnya.
Baca juga: Sosiolog UGM: Pelaku Klitih Akan Bangga Aksinya Viral dan Dipublikasikan
Khusus untuk klitih, Soeprapto tidak ingat pasti waktu istilah itu muncul.
Dia hanya menduga serangan acak secara membabi buta itu mulai ada setelah ada aturan keras dari sekolah di Yogyakarta untuk siswanya yang terlibat tawuran.
"Sulit diajak tawuran maka munculah kegiatan mencari musuh yang lalu mereka istilahkan klitih," bebernya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.