YOGYAKARTA, KOMPAS.com - Beberapa waktu lalu marak terjadi aksi klitih atau tindak kekerasan di Yogyakarta.
Bahkan jagat dunia maya, khususnya Twitter, diramaikan oleh tanda pagar (tagar) #DIYdaruratklitih.
Setidaknya ada lebih dari 30.000 twit dengan tanda pagar (tagar) #DIYdaruratklitih hingga Selasa (4/2/2020) sekitar pukul 08.00 WIB.
Baca juga: Marak Klitih di DIY, Ojol: Tak Tahu Apa-apa, Tiba-tiba Jadi Korban...
Sosiolog Kriminalitas dari Universitas Gadjah Mada (UGM) Soeprapto mengatakan, pelaku kejahatan jalanan atau "klitih" akan bangga ketika aksinya dipublikasikan atau menjadi viral.
Sebab salah satu motivasi melakukan aksi tersebut untuk menunjukan eksistensi kelompoknya.
"Yang kedua bermotivasi untuk unjuk diri, bukan individual tetapi unjuk diri kelompok," ujar Soeprapto saat dihubungi, Rabu (5/2/2020).
Apalagi ketika aksi kejahatan yang dilakukan itu menjadi viral.
Mereka akan merasa bahwa tujuanya telah tercapai.
"Di kalangan mereka dia (pelaku) akan dianggap sangat berjasa," tegasnya.
Soeprapto menyarankan andikata ingin menyampaikan sesuatu harus berdasarkan data yang ada.
Baca juga: Iseng Sebarkan Video Hoaks Korban Klitih, Driver Ojek Online Ditangkap Polisi
Jangan langsung percaya dengan informasi yang datang.
"Kita ini harus memiliki daya saring," ujar Soprapto.
Aksi "klitih" muncul kembali biasanya karena ada kelompok yang melakukan rekrutmen anggota baru.
Pengertian klitih
Mengutip Harian Kompas, 18 Desember 2016, dalam Kamus Bahasa Jawa SA Mangunsuwito, kata klithih tidak berdiri tunggal, tetapi merupakan kata ulang, yaitu klithah-klithih.