Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kebutuhan Minyak Kayu Putih Tinggi, Sebagian Bahannya Masih Impor

Kompas.com - 18/12/2019, 19:32 WIB
Markus Yuwono,
Farid Assifa

Tim Redaksi

YOGYAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Riset dan Teknologi dan Kepala Balai Riset dan Inovasi Nasional, Bambang Permadi Soemantri Brodjonegoro mengatakan, kebutuhan minyak kayu putih di Indonesia cukup tinggi.

Namun dari kebutuhan yang mencapai 3.500 ton per tahun, saat ini baru 10 persennya yang bisa dipenuhi di dalam negeri. Sisanya menggunakan bahan campuran dari impor.

Hal itu disampaikan Bambang saat menanam kayu putih dengan  Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan (BBPPBPTH) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan melakukan penanaman bibit unggul pohon kayu putih di Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) petak 95 di Dusun Kepek I, Banyusoco, Playen, Gunungkidul, Yogyakarta. Rabu (18/12/2019).

"Kebutuhan untuk minyak kayu putih di Indonesia cukup tinggi. Untuk kebutuhan kondisi di badan. Dari kebutuhan yang sangat besar itu, hanya mungkin 10 persennya yang bisa dipenuhi minyak kayu putih yang saat ini. Sisanya dicampur dengan bahan dari impor," katanya.

Baca juga: Kisah Mbah Rustam, Dirayu Perhutani Buka Rahasia Bibit Kayu Putih Anti-rayap (2)

Menurut dia, solusi untuk menutup kekurangan itu adalah dengan memperbaiki kualitas bibit kayu putih, sehingga produksinya akan meningkat.

Saat ini, produktifitasnya rendah diubah menjadi tinggi, sehingga produksinya besar dan memenuhi kebutuhan lokal mengurangi impor.

"Kedua model pengembangan bibit ini juga dikembangkan sistem inti plasma," ucapnya.

Dengan sistem inti plasma ini diharapkan masyarakat atau petani kayu putih bisa menikmati langsung, terutama di daerah Gunungkidul. Selain itu, sudah ada yang akan melakukan pembelian hasil panen minyak kayu putih.

"Kebetulan minyaknya sudah disediakan hibah dari Kementerian Ristek, sehingga dari daun itu diubah menjadi minyak. Minyaknya dibeli oleh pihak usaha," ucapnya.

 

Pohon kayu putih endemik

Peneliti dari BBPPBPTH Kementerian LHK, Anto Rimbawanto mengatakan, pohon kayu putih merupakan tanaman endemik di Indonesia.

Meski demikian, keberadannya belum mencukupi untuk produksi minyak kayu putih. Oleh karena itu, untuk produksi harus impor dari luar negeri.

"Yang diimpor adalah minyak ekaliptus yang memiliki kandungan sama dengan kayu putih. Jadi, selama ini produsen untuk membuat obat-obatan dan farmasi berbahan kayu putih masih bergantung pada produksi luar negeri," katanya.

Setelah melakukan penelitian sejak 1995, akhirnya ia bisa menemukan bibit kayu putih unggul.

Jenis ini diklaim memiliki hasil minyak lebih banyak dan saat ini tengah dikembangkan. Salah satunya ditanam di lahan seluas 10 hektare di Gunungkidul.

Baca juga: Kisah Mbah Rustam, Stek Kayu Putih Anti-rayapnya Gemparkan Perhutani (1)

 

Pengembangan juga dilaksanakan di Biak, Bangkalan, Lampung dan Riau.

"Alat suling ini baru operasi dua bulan. Mereka bisa memanen pohon yang tua ini tanaman tahun 2006. (Tanaman yang baru bisa panen) paling lama 24 bulan," ucapnya. 

Ia mengatakan, petani hanya perlu merawat pohon itu sampai 24 bulan. Selama itu, mereka belum bisa memanen daunnya.

 

Disebutkan, jika 1 hektare terdapat 5.000 pohon, maka bisa menghasilkan 180 kilogram  minyak senilai Rp 48 juta.  "Kuncinya petani mau menanam dan mau merawat itu," katanya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com