Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Musim Hujan Tak Merata, Petani Gunungkidul Kebingungan Tebar Benih

Kompas.com - 13/12/2019, 14:24 WIB
Markus Yuwono,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

YOGYAKARTA, KOMPAS.com - Musim hujan yang belum merata di Kabupaten Gunungkidul, Yogyakarta, membuat para petani kebingungan. Mereka harus membeli benih beberapa kali karena tak mau tumbuh akibat kekurangan air.

Salah satu petani Dusun Ngepung, Kemadang, Kecamatan Tanjungsari, Hadi Ngadiyo mengatakan pada pertengahan bulan November 2019 lalu, hujan cukup deras membasahi pesisir selatan Gunungkidul.

Bersama para petani lainnya, dirinya pun mempersiapkan lahan pertanian. Dirinya pun mengajak tetangganya untuk membantu menanam kacang, padi dan jagung di lahan tepatnya utara pantai Ngrawe.

"Pertama menanam kacang saya mengajak 4 orang, menanam kacang, jagung, dan padi," katanya di Wonosari, Jumat (13/12/2019). 

Penanam pertama dirinya menghabiskan bibit kacang tanah sebanyak 16 kg, jagung 9 kg, dan padi sebanyak 4 bungkus besar bibit.

Semuanya mati, karena sejak hujan pertama hingga beberapa pekan tak lagi turun hujan.

"Perkiraan saya itu hujannya mau terus menerus, ternyata hilang tak lagi hujan. Tanaman tak bisa tumbuh sama sekali," ucapnya. 

Baca juga: Musim Hujan Tidak Menentu, Kecamatan Soromandi Kekeringan

Petani rugi, lahan menganggur, hingga coba padi gogo

Diakuinya, hal ini menyebabkan kerugian materiil yang tidak sedikit, selain membeli bibit, dirinya juga membayar tetangga untuk membantu menanam.

"Sekarang sudah mulai menanam lagi, untuk padi saya ganti menggunakan sigreng yang beras merah, yang lebih tahan. Tapi ya belum tau apakah tumbuh baik atau tidak," ucapnya.

"Kalau biasanya pertengahan Desember (tanaman) jagung sudah mulai muncul bunganya. Hitungan petani sudah lewat," katanya. 

Di Padukuhan Plumbungan, Desa Putat, Kecamatan Patuk, lahan pertanian lebih dari empat hektar yang biasanya ditanami padi kini belum diolah.

Seorang petani Sulistyo mengatakan kebanyakan petani enggan berspekulasi karena takut gagal panen. Ada beberapa petani mencoba tanam dengan padi gogo. 

Padi gogo merupakan padi yang dibudidayakan pada lahan kering.

Proses penanaman padi gogo dilakukan pada awal musim penghujan dengan cara tugal atau larikan. Padahal biasanya sepanjang tahun padi lahan sawah.

"Saya sendiri masih menunggu hujan. Tiga hari lalu ngurit (persemaian padi), semoga lekas hujan," ucapnya. 

Baca juga: Angin Kencang dan Hujan Es, 1 Keluarga Tertimpa Rumah Ambruk

Rendahnya curah hujan

Kepala Bidang Tanaman Pangan, Dinas Pertanian dan Pangan (DPP) Kabupaten Gunungkidul, Raharjo Yuwono mengaku belum bisa memprediksi potensi produksi hasil panen berkaitan dengan rendahnya curah hujan.

Khususnya DIY bagian utara (seperti Sleman utara/tengah/barat dan Kulonprogo bagian utara) sudah memasuki awal musim hujan.

"Kami berharap hujan mulai normal sehingga tidak ada kekawatiran lagi dari petani," katanya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com