Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Kami Tidak Takut Bersaing dengan Cangkul Impor..."

Kompas.com - 08/11/2019, 15:03 WIB
Markus Yuwono,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

YOGYAKARTA, KOMPAS.com - Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengaku keget masih ada impor cangkul di Indonesia. Hal ini terkuak saat rapat Koordinasi Nasional Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Tahun 2019, Rabu (6/11/2019).

Cangkul impor memang menjamur saat ini. Namun, menjamurnya cangkul impor tak membuat gentar pemilik pandai besi tradisional asal Dusun Kajar II, Desa Karangtengah, Kecamatan Wonosari, Gunung Kidul, Yogyakarta.'

"Ada banyak cangkul impor, tapi kami tidak takut karena punya pelanggan tetap," kata perajin alat pertanian, Marmin, saat ditemui di rumahnya, Jumat (8/11/2019). 

Setiap hari dirinya dan belasan pegawai bisa memproduksi ratusan cangkul dan alat pertanian lain.

Untuk kualitas dan harga, dirinya yakin produknya masih bersaing dengan produk impor yang menyerbu pasar.

Baca juga: Jokowi: Cangkul Masa Masih Impor? Kebangetan!

 

Harga cangkul kualitas biasa dijual Rp 35.000, cangkul kualitas sedang Rp 50.000, dan kualitas baik Rp 75.000.

"Adanya impor alat pertanian kami tidak terpengaruh, pesanan masih sama," ucapnya.

"Pelanggan ibaratnya wes kadhung tresna (sudah telanjur sayang) sama alat tani buatan kami. Alat tani tradisional kami juga mampu untuk bersaing dengan alat tani impor seperti dari China."

Saat musim tanam seperti saat ini pesanan meningkat yang awalnya 1 kodi bisa menjadi 4 hingga 5 kodi per hari.

Pesanan ia dapat dari berbagai daerah tidak hanya dari petani yang berada di Kabupaten Gunung Kidul, tetapi alat-alat pertanian tradisional juga dikirim ke Jawa Tengah seperti Wonogiri dan Sragen.

Baca juga: Ganjar Soroti Pemadaman Kebakaran Gunung Merbabu yang Gunakan Ranting dan Cangkul

Dikenal desa pandai besi

Pengrajin Pandai Besi di Dusun Kajar II, Desa Karangtengah, Kecamatan Wonosari, Gunungkidul, Memproduksi Alat Pertanian Jumat (8/11/2019)KOMPAS.COM/MARKUS YUWONO Pengrajin Pandai Besi di Dusun Kajar II, Desa Karangtengah, Kecamatan Wonosari, Gunungkidul, Memproduksi Alat Pertanian Jumat (8/11/2019)
Seorang perajin pandai besi, Sunardi, mengatakan pesanan alat bercocok tanam paling ramai adalah sabit.

Jika hari biasa permintaan berkisar 10 biji, menjelang musim tanam melonjak jadi ratusan unit.

“Alat pertanian buatan pabrik sebenarnya banyak, tapi produk kami tidak kalah bersaing karena mengandalkan kualitas,” kata Sunardi.

Dia mengungkapkan, proses kerja pandai besi dimulai dari pemotongan bahan, mrapen atau memanasi, menempa, penyepuhan, lalu menghaluskan dengan gerinda.

Terakhir memasang pegangan sabit atau cangkul melalui pembubutan.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com