Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sulitnya Mendapatkan Air, dari Berharap Bantuan hingga Mandi Satu Kali

Kompas.com - 31/10/2019, 12:27 WIB
Markus Yuwono,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

YOGYAKARTA, KOMPAS.com - Kekeringan yang melanda wilayah Gunungkidul, Yogyakarta, hingga kini membuat masyarakat di Desa Tileng, Kecamatan Girisubo, harus berhemat air. 

Lantaran untuk membeli air bersih harus mengantre selama seminggu. Mereka berhemat mulai mencuci seminggu sekali, hingga mandi sehari sekali.

Pengamatan di Dusun Papringan, Desa Tileng, hampir setiap rumah ada jeriken yang berjejer. Selain di rumah, di sekitar bak penampungan terdampat puluhan jeriken berwarna biru menunggu diisi.

Sudah sejak sekitar 8 bulan terakhir wilayah tersebut tidak turun hujan, menyebabkan krisis air berkepanjangan.

Baca juga: PDAM di Bandung Pakai Teknologi Impor Jepang, Wali Kota Imbau Warga Hemat Air

Kawasan karst

Selain itu, wilayah Dusun Papringan warganya mengandalkan air hujan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, karena untuk membuat sumur tidak mungkin dilakukan lantaran kondisi geografisnya merupakan kawasan karst.

Ketika 3 mobil tangki BPBD Gunungkidul, membawa bantuan dari SAR Satlinmas DIY datang, puluhan orang yang sudah mengantre sejak pagi mendatangi tampungan air yang terletak di tengah dusun.

Mereka langsung menyerbu ketika air ditumpahkan ke bak penampungan. Ada yang langsung naik ke atas dan menumpahkan ke ember yang ada di atas, lalu disalurkan ke bawah menggunakan selang.

 “Saya sudah membeli 6 kali, satu tangkinya Rp 120.000,” kata Ketua RT 01 Papringan, Wandi Rabu (30/10/2019).

Baca juga: Kekeringan Meluas di Banyumas, 73.377 Jiwa Andalkan Bantuan Air Bersih

“Beberapa minggu terakhir dapat bantuan dari berbagai pihak. Jadi kami sudah jarang membeli. Semoga segera cepat turun hujan,” ucapnya.

Menurut Wandi, bantuan air bersih itu cukup membantu, karena untuk membeli air bersih harus mengantre selama seminggu, karena sumber air yang diambil sopir tangki sudah menyusut.

“Untuk menghemat air ya mencuci seminggu sekali, kalau saya mandinya hanya sekali pas sore,” ujarnya.

Warga lainnya, Pailah mengatakan, jika tidak ada bantuan dari pihak pemerintah maupun swasta, mungkin dirinya sudah membeli sekitar 20 an tangki.

“Sekarang membeli air pun sulit. Paling cepat seminggu, kalau tidak ada  bantuan air ya tidak mencuci,” ucapnya.

“Air digunakan untuk mencuci, memasak, semuanya,” katanya.

Baca juga: 3 Bulan Kekurangan Air Bersih, Warga Desa Ini Buat “Parit Cacing”

Bantuan air bersih

Dia berharap kedepan ada solusi dari pemerintah sehingga tidak lagi kekurangan air bersih. Agar warga tidak lagi harus menunggu bantuan, dan membeli dari tangki swasta.

Kepala Satuan Pol PP DIY, Noviar Rahmad menyampaikan, pihaknya memberikan bantuan dari SAR Satlinmas seluruh DIY, yang disalurkan ke wilayah yang kekurangan air bersih. 

“Ini partisipasi dari SAR satlinmas seluruh wilayah, nantinya ke wilayah lain salah satunya Gunungkidul,” katanya.

Data terakhir BPBD Gunungkidul menyebutkan wilayah kekeringan ada di 16 kecamatan,dengan 136 ribu jiwa terdampak kekeringan. 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Regional
Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Regional
Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Regional
Komunikasi Politik 'Anti-Mainstream' Komeng yang Uhuyy!

Komunikasi Politik "Anti-Mainstream" Komeng yang Uhuyy!

Regional
Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Regional
Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Regional
Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Regional
Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Regional
Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Regional
Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Regional
Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Regional
BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

Regional
Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Regional
Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di 'Night Market Ngarsopuro'

Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di "Night Market Ngarsopuro"

Regional
Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com