Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

SGPC Bu Wiryo, Memori Jokowi dan Alumni UGM di Sepiring Sego Pecel

Kompas.com - 29/10/2019, 10:01 WIB
Wijaya Kusuma,
Caroline Damanik

Tim Redaksi

YOGYAKARTA, KOMPAS.com - Sering mangkal buat makan ataupun tidak, para alumni Universitas Gadjah Mada (UGM) pasti kenal benar dengan SGPC Bu Wiryo.

Bagi mahasiswa dan para anggota Kagama, singkatan dari Keluarga Alumni UGM, menu utama sego pecel di warung kuliner di Kota Pelajar adalah legenda.

SGPC merupakan singkatan dari menu utama di warung ini yakni Sego Pecel atau dalam bahasa Indonesia, nasi pecel. Usaha ini dirintis oleh keluarga Wiryosoenarto.

"Ibu cerita jualan sego pecel itu tahun 1959. Jadi SGPC Bu Wiryo ini sudah sangat lama, sejak 1959," ujar Sudadi (59), karyawan yang sudah bekerja dengan Bu Wiryo sejak 1979 saat ditemui akhir Agustus lalu.

Bu Wiryo awalnya berjualan nasi pecel dengan cara digendong. Setiap hari, Bu Wiryo berjalan kaki untuk menjajakan nasi pecel buatannya.

Menu sego pecel atau nasi pecel di Warung Sego Pecel atau SGPC Bu Wiryo di kawasan Selokan, Yogyakarta. Warung ini merupakan legenda di kalangan para alumni Universitas Gadjah Mada (UGM).KOMPAS.com/WIJAYA KUSUMA Menu sego pecel atau nasi pecel di Warung Sego Pecel atau SGPC Bu Wiryo di kawasan Selokan, Yogyakarta. Warung ini merupakan legenda di kalangan para alumni Universitas Gadjah Mada (UGM).
Salah satu lokasi jualan Bu Wiryo adalah depan Pagelaran Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat. Saat itu, Pagelaran dan Sitinggil Keraton menjadi lokasi belajar mengajar UGM sebelum pindah ke Bulaksumur.

Sego Pecel yang dijual Bu Wiryo di depan Pagelaran Keraton menjadi salah satu kuliner favorit mahasiswa UGM. Selain mahasiswa, warga masyarakat sekitar juga menjadi penggemar sego pecel Bu Wiryo.

"Waktu UGM pindah ke Bulaksumur, Bu Wiryo juga ikut. Kan mahasiswanya juga pindah," ucapnya.

Jokowi sering mampir

Di UGM Bulaksumur, Bu Wiryo masih berjualan dengan cara menggendong sego pecel jajaannya. Bu Wiryo berjualan di bawah pohon sawo kecik sebelah timur Balairung UGM.

"Dari situ, terus buat warung kecil di sebelah timurnya. Terus pindah lagi ke sebelah timurnya lagi tapi masih di tanah UGM. Ya istilahnya pinjam. Kalau sewaktu-waktu dibutuhkan UGM, ya pindah," ungkapnya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com