Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Mbah Mardinem Pelestari Adrem atau Tolpit, Penganan Bernama Unik dari Yogyakarta

Kompas.com - 19/06/2019, 10:46 WIB
Markus Yuwono,
Khairina

Tim Redaksi


YOGYAKARTA,KOMPAS.com-Kuliner di Yogyakarta memiliki berbagai macam, mulai dari makanan berat hingga makanan ringan.

Makanan ringan yang unik dari Kabupaten Bantul salah satunya adrem, yang dikenal dengan nama tolpit, singkatan dari alat kelamin pria yang dijepit.

Adrem merupakan makanan ringan bahan bakunya campuran antara tepung beras, parutan kelapa, gula Jawa dan vanili. Rasanya tak jauh berbeda dengan kue cucur yang saat ini masih banyak ditemui.

Baca juga: Rawon, Soto Betawi, hingga Pindang Patin Akan Jadi Menu Jemaah Haji Indonesia

Salah satu wilayah yang dikenal sejak lama membuat adrem yakni Dusun Ngunan-Unan, Desa Srigading, Kecamatan Sanden. Ada dua warganya yang hingga kini masih membuat kue adrem, salah satunya CH Mardinem (64).

"Saya membuat adrem turun temurun. Simbah dan orang tua dulu pembuat adrem. Tetapi hari ini kebetulan tidak membuat karena harus membantu tetangga hajatan," ucapnya saat ditemui di gang Dusun Ngunan-Unan, Selasa (18/6/2019).

"Di dusun ini yang masih membuat adrem hanya saya dan Mbah Muji," katanya.

Bersama keluarga, dia membuat adrem sejak tahun 1973. Saat itu, setiap hari tak kurang puluhan kilogram tepung beras habis untuk membuat puluhan biji adrem.

Sebab, saat itu, kue dengan rasa khas manis itu menjadi makanan favorit masyarakat Bantul dan sekitarnya.

Akan tetapi, setelah menikah tahun 1979 dengan Ngadenan, dirinya berhenti, dan memilih berjualan hasil bumi di sekitar DIY.

Sekitar 2005 lalu, dirinya kembali menggeluti adrem karena seorang buah hatinya meninggal karena sakit. Ia memilih untuk kembali ke kampung halaman membuat adrem.

Saat ini, dia membuat adrem beberapa hari sekali, sesuai dengan pesanan ataupun saat adanya kegiatan. Hasil produksinya dititipkan ke warung-warung, dijual di Pantai Baru, car free day setiap Minggu serta di Pasar Tani Dinas Pertanian Bantul setiap hari Rabu.

"Kami juga membuat adrem untuk pesanan hajatan dan acara lainnya," ujarnya.

Baca juga: Korban Banjir di Konawe Utara Butuh Makanan, Pakaian, hingga Obat-obatan

Adrem dibuat campuran antara tepung beras, parutan kelapa, gula Jawa dan vanili. Beberapa bahan tersebut dicampur dan digoreng sampai kecoklatan.

Membuat adrem ini memang tidak mudah diajarkan. Ada keterampilan tersendiri yang sulit dikerjakan oleh orang lain yaitu cara membuat adonan yang pas serta cara menggoreng menggunakan tiga sumpit.

Bentuknya menyebabkan makanan ini disebut banyak orang sebagai tolpit, singkatan dari alat kelamin pria yang dijepit. 

"Saat mengangkat di wajan itulah adonan yang berbentuk bulat dicepit sehingga oleh orang dulu disebut tolpit," ucapnya.

Hingga kini, penikmat adrem masih banyak. Salah satunya Daru (39) warga Kecamatan Bambanglipuro, Bantul. Beberapa kali kesempatan, ketika istrinya belanja ke pasar sering membeli adrem.

"Tolpit itu makanan lawas, jadi selalu ada tempat untuk menikmati rasa khasnya. Kadang kalau kangen suka titip ibu atau istri saya untuk membelikan kue adrem," katanya. 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Regional
Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Regional
Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Regional
Komunikasi Politik 'Anti-Mainstream' Komeng yang Uhuyy!

Komunikasi Politik "Anti-Mainstream" Komeng yang Uhuyy!

Regional
Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Regional
Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Regional
Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Regional
Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Regional
Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Regional
Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Regional
Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Regional
BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

Regional
Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Regional
Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di 'Night Market Ngarsopuro'

Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di "Night Market Ngarsopuro"

Regional
Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com