Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pedagang Sekitar Bandara NYIA Keluhkan Omzet Jeblok

Kompas.com - 04/04/2018, 17:31 WIB
Dani Julius Zebua,
Reni Susanti

Tim Redaksi

KULON PROGO, KOMPAS.com - Seorang warga Dusun Bayeman, Desa Sindutan, Kecamatan Temon di Kulon Progo,  Paiman, mengaku ketiban sial dua kali akibat proyek Bandara New Yogyakarta International Airport (NYIA).

Semula, ia menikmati hasil dari menjual 5 rit kompos ke petani di Temon setiap hari selama belasan tahun. Bahkan ia bisa membeli mobil Gran Max dari pekerjaannya sebagai suplier kompos.

Namun, sejak 3 tahun lalu, penghasilan dari menjual kompos langsung nol. Lahan tani habis akibat proyek NYIA. Paiman pun banting setir, memulai usaha lain dari nol. 

"Saya bikin tambal ban di Jalan Dendels di Sindutan. Hasilnya untuk cicilan mobil angkutan," kata Paiman di Balai Kota Wates, Kulon Progo, Rabu (3/4/2018).

(Baca juga : Bupati Kulon Progo Tanggapi Penilaian Bandara NYIA Rawan Tsunami )

Belakangan usahanya malah dibayangi kebangkrutan dan tidak bertahan lama. Penyebabnya, sebagian Jalan Daendels yang masuk dalam kawasan pembangunan NYIA ditutup untuk waktu yang tidak terbatas. Truk dan mobil nyaris tak ada yang lewat sejak penutupan itu.

Kini, proyek pembangunan NYIA tanpa hambatan sejak Angkasa Pura I menyelesaikan seluruh ganti rugi lahan untuk pembangunan Bandara NYIA, 2 pekan lalu.

Selanjutnya, pembangunan ditandai dengan penutupan Jalan Daendels. Jalan ini merupakan jalur alternatif lalu lintas di sebelah Selatan. Jalan ini ramai dilalui warga sekitar maupun pengguna jalur alternatif ini.

Paiman mengaku bisa mendapatkan penghasilan 15 truk yang ingin tambal ban dalam sehari sebelum Daendels ditutup. Motor dan mobil bahkan tidak lagi terhitung dalam sehari.

"Sekarang, sejak Daendels ditutup, truk tidak ada yang lewat. Kita hanya berharap dari motor yang lewat. Syukur-syukur dapat 2 motor ingin tambal ban," kata Paiman.

(Baca juga : Ada Help Desk, Warga Bisa Tagih Janji AP I Soal Bandara Kulon Progo )

Paiman merupakan satu dari 50-an warga Temon yang menjerit akibat penutupan jalan alternatif lintas Selatan ini.

Mereka beramai-ramai datang dengan berkendara motor ke kantor Pemkab Kulon Progo di Wates menyampaikan keluh kesahnya pada pemerintah kabupaten, Rabu siang.

Selain pemilik tambal ban, ada juga penjual bakso, siomay, gorengan, mie ayam, pemilik rumah makan soto, pedagang klontong, counter pulsa, hingga penyalur BBM di jalan itu.

Budi Rahardjo dari Desa Palian mengatakan, penutupan juga mengganggu aktivitas pasar. Budi hanyalah seorang pedagang pasar. Ia biasanya menggunakan gerobak dari Palian melewati Daendels. Kini, ia harus mengambil jalan memutar, ongkos transportasi membengkak, dan merasa tidak efektif.

Menurut dia, aktivitas ekonomi masyarakat merasa terganggu sekali. "Penjual mie ayam yang tadinya bisa 20 mangkok sekarang 5 mangkok. Karena yang beli hanya penduduk lokal. Tidak ada orang lewat," katanya.

Aminurohman, ketua kelompok aksi mengatakan, banyak pedagang yang mencari rezeki dari jalan itu. Mereka dulunya ada yang bertani maupun menikmati rezeki dari keberadaan pertanian.

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com