Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Larangan Beli Pertalite Gunakan Jeriken Membuat Ongkos Melaut Nelayan Gunungkidul Semakin Tinggi

Kompas.com - 13/02/2020, 16:34 WIB
Markus Yuwono,
David Oliver Purba

Tim Redaksi

YOGYAKARTA, KOMPAS.com - Nelayan di Kabupaten Gunungkidul, Yogyakarta, berharap solusi dari pemerintah terkait larangan membeli pertalite menggunakan jeriken.

Seperti diketahui, larangan itu membuat membuat nelayan harus mengeluarkan biaya lebih tinggi.

Nelayan terpaksa membeli pertamax yang bisa dibeli dengan wadah jeriken.

"Sejak awal Februari kami harus menggunakan pertamax untuk melaut," kata salah seorang nelayan di Pantai Ngandong, Desa Tepus, Kecamatan Tepus, Heri kepada wartawan Kamis (13/2/2020).

Baca juga: Pertamina Dua Kali Turunkan Harga Pertamax di Awal 2020, Kenapa Pertalite Tidak?

Nelayan selama ini membelii BBM jenis pertalite ke SPBU menggunakan jeriken.

Cara ini merupakan satu-satunya jalan, karena di kawasan pesisir belum ada SPBU khusus melayani nelayan.

Selain itu jarak ke SPBU cukup jauh, belasan kilometer. Mesin tempel kapal jukung memerlukan puluhan liter sekali jalan. 

Nelayan Pantai Drini, Desa Banarejo, Tanjungsari, Salinun menambahkan, penggunaan pertamax untuk melaut cukup memberatkan.

Ini karena penggunaan pertamax menambah pengeluaran.

Satu liter pertalite dicampur dengan oli hanya butuh biaya Rp 9.000.

Sedangkan satu liter pertamax campur dengan oli seharga Rp 12.000.

"Padahal untuk sekali melaut bisa menghabiskan BBM hingga 30 liter," kata Salinun.

Dia berharap ada solusi ke depannya sehingga tidak memberatkan masyarakat kecil.

Misalnya, memperbolehkan nelayan membeli menggunakan jeriken.

"Semoga ada solusi, karena larangan itu bikin nelayan susah," kata Salinun.

Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Gunungkidul, Johan Eko Sudarto mengatakan, larangan pembelian pertalite menggunakan jeriken merupakan kebijakan dari Pertamina.

Baca juga: Suami Bakar Istri di Surabaya Gunakan Pertalite

 

Pihaknya berusaha memohon ada kebijakan khusus bagi nelayan agar diberikan dispensasi khusus.

“Masih dikomunikasikan dengan Pertamina dan Kementerian ESDM. Harapannya nelayan bisa tetap membeli pertalite menggunakan jeriken dengan surat khusus dari Dinas Kelautan dan Perikanan atau hanya cukup menunjukan kartu nelayan," kata Johan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Regional
Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Regional
Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Regional
Komunikasi Politik 'Anti-Mainstream' Komeng yang Uhuyy!

Komunikasi Politik "Anti-Mainstream" Komeng yang Uhuyy!

Regional
Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Regional
Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Regional
Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Regional
Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Regional
Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Regional
Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Regional
Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Regional
BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

Regional
Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Regional
Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di 'Night Market Ngarsopuro'

Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di "Night Market Ngarsopuro"

Regional
Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com