Di dalam laporan aktivitas Gunung Merapi tersebut, serangkaian awan panas guguran yang cukup besar tercatat 11 dan 12 Maret 2023, menyebabkan hujan abu dengan intensitas yang bervariasi pada sektor barat, barat laut dan utara Gunung Merapi.
Berdasarkan analisis morfologi, pasca-kejadian awan panas guguran kubah tengah teramati tidak mengalami banyak perubahan.
"Sedangkan morfologi kubah barat daya teramati adanya perubahan yang signifikan," ujar Kepala BPPTKG Agus Budi Santoso, dalam laporan aktivitas Gunung Merapi periode 10-16 Maret 2023, Jumat (17/3/2023).
BPPTKG mencatat, volume kubah barat daya sebelum erupsi 11 dan 12 Maret 2023 terhitung sebesar 2.759.100 m3.
Volume kubah barat daya saat ini terukur sebesar 1.686.200 m3. Sedangkan kubah tengah sebesar 2.312.100 m3.
BPPTKG mencatat dari 10 Maret 2023 hingga 16 Maret 2023, terjadi 68 kali awan panas guguran ke arah barat daya (hulu Kali Bebeng dan Krasak). Jarak luncur awan panas guguran 1.500 meter hingga 4.000 meter.
Aktivitas vulkanik Gunung Merapi saat ini masih cukup tinggi berupa aktivitas erupsi efusif. Status aktivitas Gunung Merapi ditetapkan dalam tingkat Siaga.
Potensi bahaya saat ini berupa guguran lava dan awan panas pada sektor selatan–barat daya meliputi Sungai Boyong sejauh maksimal 5 km, Sungai Bedog, Krasak, Bebeng sejauh maksimal 7 km. Pada sektor tenggara meliputi Sungai Woro sejauh maksimal 3 km dan Sungai Gendol 5 km.
Sedangkan lontaran material vulkanik bila terjadi letusan eksplosif dapat menjangkau radius 3 km dari puncak.
Masyarakat agar tidak melakukan kegiatan apapun di daerah potensi bahaya. Masyarakat agar mengantisipasi gangguan akibat abu vulkanik dari erupsi Gunung Merapi serta mewaspadai bahaya lahar terutama saat terjadi hujan di seputar Gunung Merapi.
https://yogyakarta.kompas.com/read/2023/03/17/222755878/pasca-rangkaian-awan-panas-gunung-merapi-morfologi-kubah-barat-daya