Salin Artikel

Biografi Y.B. Mangunwijaya, Romo Kaum Marginal dan Arsitek Peraih Aga Khan Award

KOMPAS.com - Yusuf Bilyarta Mangunwijaya (Y.B. Mangunwijaya) atau kerap disapa Romo Mangun adalah seorang rohaniwan Katolik, budayawan, arsitek, dan penulis yang terkenal karena karya-karyanya.

Y.B. Mangunwijaya juga dikenal sebagai aktivis bagi kaum marginal yang membantu warga di Kali Code, Yogyakarta dan Kedung Ombo, Sragen.

Romo Mangun memiliki beberapa nama samaran yaitu Wastuwijaya atau Thalib Yusuf.

Berikut adalah biografi singkat dari sosok Y.B. Mangunwijaya atau Romo Mangun.

Biografi Singkat Y.B. Mangunwijaya

Yusuf Bilyarta Mangunwijaya lahir di Ambarawa, 6 Mei 1929 dengan nama kecil Bilyarta.

Adapun Yusuf merupakan nama baptisnya, sedangkan Mangunwijaya yang diambil dari nama kakeknya yang merupakan seorang petani tembakau.

Y.B. Mangunwijaya adalah sulung dari dua belas bersaudara dari pasangan Yulianus Sumadi Mangunwijaya dan ibu Serafin Kamdaniah.

Ayahnya merupakan seorang guru dan penilik sekolah di Magelang.

Pendidikan Y.B. Mangunwijaya

Y.B. Mangunwijaya menyelesaikan pendidikan SD di Magelang pada tahun 1943.

Beliau kemudian melanjutkan pendidikan di sekolah Teknik (setingkat SMP) di Yogyakarta sampai tamat di tahun 1947, dan SLA di Malang sampai tamat di tahun 1951.

Tamat dari SLA, Y.B. Mangunwijaya kemudian menempuh pendidikan seminari sebagai calon imam Keuskupan Agung Semarang.

Seminari Menengah tersebut berada di Jalan Code Yogyakarta hingga 1952, yang kemudian pindah ke Seminari Menengah Mertoyudan, Magelang hingga 1953.

Setelah tamat SLA Seminari Meryoyudan, Y.B. Mangunwijaya melanjutkan studi Filsafat dan Teologi di Institut Institut Filsafat dan Teologi Sancti Pauli, Yogyakarta dan tamat di tahun 1959.

Y.B. Mangunwijaya kemudian ditahbiskan pada tanggal 8 September 1959 oleh Mgr. Albertus Soegijapranata, SJ.

Sesudah tahbisan, Y.B. Mangunwijaya melanjutkan studi di jurusan Arsitektur Institut Teknologi Bandung sampai tahun 1960.

Selanjutnya Y.B. Mangunwijaya melanjutkan studi di Jerman yaitu Sekolah Tinggi Teknik Rhein, Westfalen, Aachen Jerman dari tahun 1960-1966.

Sepulang dari Jerman, Romo Mangun bertugas sebagai pastor yang memperhatikan kaum miskin dan tinggal di paroki Salam, Magelang.

Pada tahun 1978 Romo Mangun mengikuti Fellow of Aspen Institute for Humanistic Studies, Aspen, Colorado, Amerika Serikat.

Pengabdian Y.B. Mangunwijaya

Saat remaja, Y.B. Mangunwijaya sempat bergabung sebagai prajurit BKR, TKR Divisi III, Batalyon X, Kompi Zeni 1945-1946.

Beliau bahkan ia pernah menjadi komandan Seksi TP Brigade XVII, Kompi Kedu antara tahun 1947-1948 dan ikut dalam pertempuran di Magelang, Ambarawa, dan Semarang.

Pengalaman yang tak dapat dilupakan oleh beliau adalah ketika ia menjadi sopir pengantar makanan untuk mayor Suharto, mantan Presiden RI.

Romo Mangun juga pernah menjadi dosen luar biasa di pada Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada Yogyakarta pada tahun 1967-1980.

Pada saat yang sama tepatnya sejak 1968, Romo Mangun mulai aktif menulis kolom di berbagai surat kabar dan majalah.

Selepas berhenti sebagai dosen di UGM, Romo Mangun terus berkarya sebagai arsitek independent.

Dengan izin dari Uskup, Romo Mangun kemudian memutuskan tinggal dan berkarya sebagai “pekerja sosial” di lembah Kali Code, Yogyakarta sampai 1986.

Romo Mangun membangun perkampungan di bantaran Kali Code hingga karyanya diganjar Aga Khan Award pada tahun 1992.

Kemudian pada tahun 1986 hingga 1988, Romo Mangun berkarya di pantai Grigak Gunung Kidul dengan mendampingi penduduk setempat dalam program lingkungan hidup dan pengadaan air bersih.

Setelah itu Romo Mangun kembali ke Yogyakarta dan mendirikan Laboratorium Dinamika Edukasi Dasar, sebuah lembaga nirlaba yang memusatkan perhatian pada bidang pendidikan dasar terutama bagi anak-anak miskin dan terlantar.

Dalam kondisi sakit, Romo Mangun juga sempat membantu warga korban pembangunan waduk Kedung Ombo, Jawa Tengah sampai tahun 1994.

Sejak tahun 1994, atas izin dan dukungan Mendikbud Wardiman Djojonegoro, Romo Mangun merintis program pendidikan dasar eksperimental di SD Kanisius Mangunan, Kalasan.

Romo Mangun juga aktif dalam dunia kepenulisan dengan berbagai karya berupa artikel, esai, cerpen, novel dan buku nonfiksi.

Novelnya yang berjudul Burung-Burung Manyar mendapatkan penghargaan sastra Ramon Magsaysay pada tahun 1996.

Sampai akhir hayatnya, Romo Mangun masih menghimpun dan mengayomi anak-anak jalanan di sepanjang Kali Code, Yogyakarta, dalam komunitas Pinggir Kali Code (Girli).

Semua pengabdiannya kepada rakyat kecil itu membuat Romo Mangun dikenal sebagai Romo bagi kaum marginal.

Akhir Hayat Y.B. Mangunwijaya

Romo Mangun berpulang pada hari Rabu siang, tanggal 10 Februari 1999, di Hotel Le Mendien Jakarta.

Beliau tutup usia setelah menyampaikan makalah “Peran Buku demi Kearifan dalam Iptek” dalam symposium Meningkatkan Peranan Buku dalam Upaya Membentuk Masyarakat Baru Indonesia yang diselenggarakan oleh Yayasan Obor Indonesia.

Romo Mangun dimakamkan di Kompleks Seminari Tinggi Santo Paulus Kentungan, Yogyakarta.

Sumber:
poltekamangun.ac.id  
ensiklopedia.kemdikbud.go.id  
btkp-diy.or.id  
nasional.kompas.com  (Penulis : Dimas Jarot Bayu | Editor: Inggried Dwi Wedhaswary)

https://yogyakarta.kompas.com/read/2022/11/15/220051478/biografi-yb-mangunwijaya-romo-kaum-marginal-dan-arsitek-peraih-aga-khan

Terkini Lainnya

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Regional
Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Regional
Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Regional
Komunikasi Politik 'Anti-Mainstream' Komeng yang Uhuyy!

Komunikasi Politik "Anti-Mainstream" Komeng yang Uhuyy!

Regional
Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Regional
Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Regional
Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Regional
Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Regional
Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Regional
Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Regional
Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Regional
BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

Regional
Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Regional
Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di 'Night Market Ngarsopuro'

Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di "Night Market Ngarsopuro"

Regional
Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke