Salin Artikel

Langganan Banjir Sejak 1995, Warga Bantaran Sungai Belik Yogyakarta Pasrah

YOGYAKARTA, KOMPAS.com - Warga bantaran Sungai Belik yang terletak di Kelurahan Terban, Kemantren Gondokusuman, Kota Yogyakarta sudah menjadi langganan banjir tahunan sejak tahun 1995.

Salah satu warga, Agus Subagyo menyampaikan warga hanya bisa mengantisipasi kejadian banjir dengan membangun pintu-pintu yang dinaikkan beberapa sentimeter dari permukaan tanah agar air tidak masuk ke dalam rumah.

"Kemarin banjir airnya cukup tinggi, air juga naiknya cepat sekali tetapi warga sini sudah siap. Kadang, kita masing-masing tidak bisa membantu, kita tanggulangi rumah masing-masing tetapi setelah selesai dengan rumah masing-masing baru bahu membahu membantu," kata Agus saat ditemui, Senin (7/11/2022).

Ia menambahkan, banjir kemarin, ketinggian air sempat 220 sentimeter di atas permukaan sungai hingga melebihi jembatan penghubung antarkampung.

"Sampai ke dalam rumah ada yang sampai selutut, sini cepat enggak lama airnya cepat datang cepat berkurang satu jam habis. Mulai masuk sekitar jam 14.30," kata dia.

Agus menambahkan, banjir sudah sering terjadi di daerahnya sejak tahun 1995 dan banjir mulai parah terjadi di atas tahun 2000.

"Sudah sejak lama dari tahun 1995, mulai parah dari tahun 2000-an," ucapnya.

Agus menyampaikan, banjir parah mulai terjadi sejak jalanan mulai dikonblok dan disemen.

Menurut dia, banjir di kawasan rumahnya adalah kiriman dari daerah UNY dan UGM.

"Dulu ada dua sungai yang mengalir tetapi saat ini yang satu ditutup, jadi mengalir ke sini semua," kata dia.

Warga lainnya, Yudi Ismanto menambahkan, semenjak sungai hanya tinggal satu, semua air mengalir ke Sungai Belik.

"Kalau sana dibuka mungkin enggak separah ini, karena dari barat masuk dari timur masuk ke sini. Nah, karena debit air dari barat dan timur tinggi tempuk (bertemu) meluber ke kiri kanan," ucap dia.

Dia menambahkan, warga sudah terbiasa dengan kondisi ini karena sudah sering terjadi dan sampai sekarang belum ada solusi untuk menanggulangi banjir.

"Belum ada solusinya dan harus menikmati parah-parahnya banjir belum lama," ucap dia.

Sementara itu Penjabat (PJ) Walikota Yogyakarta Sumadi menyampaikan, warga sekitar sudah mempersiapkan diri untuk menghadapi banjir.

"Makannya masyarakat itu sudah menghadap ke kali, di sana sudah akses, jika ada hal-hal yang tidak diinginkan bisa segera mendapat pertolongan," katanya.

Ia mengimbau kepada masyarakat agar tidak membuang sampah ke sungai agar tidak menyebabkan banjir.

Sumadi menambahkan, banjir merupakan masalah bersama dari Kabupaten Sleman, Bantul, dan Kota Yogyakarta.

"Kita kan memang itu kan persoalan bersama Yogyakarta, Sleman, Bantul (kartamantul) ya, kita coba mengedukasi masyarakat dari Sleman, kota sampai Bantul itu kan kasihan juga bantul, paling hilir kan," katanya.

Disinggung soal relokasi, Sumadi mengatakan hal itu belum bisa direalisasikan karena luasan Kota Yogyakarta yang terbatas sehingga terkendala lokasi.

"Belum, mau relokasi ngendi (di mana?), kota cilik raeneng gone (Kota Yogyakarta kecil tidak ada lokasi)," jelasnya.

https://yogyakarta.kompas.com/read/2022/11/07/182336578/langganan-banjir-sejak-1995-warga-bantaran-sungai-belik-yogyakarta-pasrah

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke