Salin Artikel

9 Tari Tradisional Yogyakarta, dari Bedhaya Semang hingga Beksan Lawung

KOMPAS.com - Yogyakarta yang dikenal sebagai Kota Budaya dengan berbagai jenis kesenian yang istimewa.

Kesenian ini masih lestari karena masyarakat Yogyakarta masih memegang erat warisan leluhur.

Salah satu kesenian yang terkenal adalah tari tradisional Yogyakarta yang khas dengan gerak, iringan, dan kostumnya.

Tari tradisional Yogyakarta tidak hanya berkembang sebagai tarian sakral di lingkungan keraton, namun juga ada yang berfungsi sebagai seni pertunjukan yang penuh makna.

Tari Tradisional Yogyakarta

Berikut adalah beberapa tari tradisional dari Yogyakarta yang populer dan masih dilestarikan hingga saat ini.

1. Tari Bedhaya Semang

Tari Bedhaya merupakan tari klasik putri yang bertemakan cerita legenda, babad, atau sejarah.

Tarian ini disebut Bedhaya sanga karena penarinya berjumlah songo atau sembilan, atau komposisi tari kelompok putri yang ditarikan oleh sembilan penari wanita.

Tari Bedhaya Semang adalah satu tari putri klasik di Istana Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat yang diciptakan oleh Sri Sultan Hamengku Buwana I dan dianggap sebagai pusaka.

Hal ini dapat dibuktikan dengan keluarnya para penari dari Bangsal Prabayeksa, yaitu tempat untuk menyimpan pusaka-pusaka Kraton menuju Bangsal Kencono.

Tarian ini sangat disakralkan oleh keraton memiliki hubungan mistis antara keturunan Panembahan Senopati sebagai Raja Mataram Islam dengan penguasa Laut Selatan atau Ratu Laut Selatan, yaitu Kanjeng Ratu Kidul.

Bedhaya Semang tersebut dipagelarkan untuk kepentingan ritual istana, seperti peristiwa jumenengan.

2. Tari Golek Lambangsari

Tari Golek Lambangsari adalah jenis tari putri klasik gaya Yogyakarta yang ditarikan dengan ragam tari klana alus.

Tari Golek Lambangsari diciptakan oleh K.R.T. Purbaningrat ada masa pemerintahan Sri Sultan Hamengku Buwana VII dan VIII.

Tarian ini adalah hadiah penobatan Sri Mangkunegara VI dari Sri Sultan Hamengku Buwana VII.

Nama tarian ini diambil dari asal gerak dan iringannya, yaitu koreografi golek dengan gending lambangsari.

3. Tari Golek Menak

Tari Golek Menak disebut juga Beksa Golek Menak, atau Beksa Menak.

Tarian ini merupakan salah satu jenis tari klasik gaya Yogyakarta yang diciptakan oleh Sri Sultan Hamengku Buwana IX.

Tarian ini membutuhkan waktu lama untuk disempurnakan bahkan setelah sultan mangkat.

4. Tari Golek Ayun-ayun

Tari Golek Ayun-ayun adalah salah satu tarian klasik yang dilakukan untuk menyambut tamu kehormatan.

Tarian ini bercerita tentang wanita yang tengah beranjak dewasa dan senang bersolek untuk mempercantik diri.

Tari Golek Ayun-ayun ditarikan dua penari wanita atau lebih, dengan gerak yang lemah gemulai.

5. Tari Serimpi Gaya Yogyakarta

Tari Serimpi termasuk tari sakral yang sudah ada sejak masa kejayaan Kerajaan Mataram pada pemerintahan Sultan Agung.

Namun setelah pecahnya Kerajaan Mataram menjadi Kesultanan Ngayogyakarta dan Kasunanan Surakarta, terdapat dua gaya Tari Serimpi.

Tarian ini hanya dimainkan di dalam lingkungan keraton sebagai bagian dari acara kenegaraan dan untuk memperingati kenaikan tahta.

Tari Serimpi didominasi gerakan lembut yang lemah gemulai dan menggunakan iringan gamelan.

6. Tari Klana Alus

Tari Klana Alus adalah tari tunggal gaya Yogyakarta yang lahir di lingkungan keraton.

Klana Alus merupakan jenis tari klasik yang menggambarkan seorang kesatria sabrangan (seberang) yang sedang jatuh cinta.

Gerak tarian ini lebih mendekati sifat feminim dengan iringan klana alus biasanya gending cangklek laras slendro palet 9.

7. Tari Klana Raja

Tari Klana Raja merupakan tari tunggal gaya Yogyakarta yang dikembangkan di lingkungan istana.

Dalam penampilannya penari Klana Raja menggambarkan keagungan raja, dengan gaya tari gagah.

8. Tari Beksan Trunajaya

Tari Beksan Trunajaya disebut juga sebagai Lawung Ageng atau Beksan Lawung Gagah.

Nama Beksan Trunajaya disematkan karena pada zaman dahulu para penari diambilkan dari regu Trunajaya yang merupakan bagian dari pasukan (prajurit) Nyutra.

Beksan Trunajaya diciptakan oleh Sri Sultan Hamengku Buwana I dengna maksud untuk menanamkan semangat dan mempunyai cita-cita untuk melanjutkan perjuangan Sultan Agung dalam membela tanah air.

Pementasan Beksan Trunajaya biasanya dilakukan di pendapa oleh 16 orang penari dengan ragam gerak gagah.

9. Beksan Lawung

Beksan Lawung adalah jenis tari perang yang terinspirasi dari latihan perang para prajurit abdi dalem raja.

Tarian Beksan ini jika ditarikan lengkap akan terdiri 40 orang penari.

Beksan ini menggunakan iringan gamelan khusus yaitu Kiai Guntur Sri.

Perkembangan selanjutnya Beksan Lawung yang semula hanya dapat dipelajari di lingkungan istana mulai dipentaskan untuk para wisatawan baik dari dalam maupun luar negeri.

Sumber:
radioedukasi.kemdikbud.go.id 
kikomunal-beta.dgip.go.id 
budaya.jogjaprov.go.id 

https://yogyakarta.kompas.com/read/2022/09/04/161502978/9-tari-tradisional-yogyakarta-dari-bedhaya-semang-hingga-beksan-lawung

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke