Salin Artikel

Euforia HUT RI, Bendera Merah Putih Berbaris di Jembatan Bambu yang Menghubungkan Kulon Progo–Bantul

Salah satu euforia itu bisa ditemui di sebuah jembatan dari bambu sebagai penyeberangan pada Sungai Progo yang berada di Pedukuhan Temben, Kalurahan Ngentakrejo, Kapanewon Lendah, Kulon Progo. Puluhan bendera berdiri sepanjang tepi jembatan.

Jembatan sesek, begitulah jamak disebut orang. Berjasa bagi penyeberangan sebagian warga dua kabupaten, Kulon Progo dan Bantul. Jembatan tersebut sekaligus lokasi menarik untuk foto dan menikmati panoramanya, terutama pada Agustus seperti sekarang.

“Bendera ini ada setiap Agustus. Kita tetap pasang umbul-umbul dan bendera. Kemudian viral di berbagai media sosial,” kata Sumarno, warga Temben di jalan masuk jembatan, Sabtu (6/8/2022).

Jembatan sesek terbangun dari tiang bambu yang berdiri pada tonggak-tonggak besi, dengan lantai dari papan kayu pelem. Terbentang sekitar 100 meter antar bibir sungai, jembatan jadi andalan warga Kapanewon Lendah dan Kapanewon Sentolo di Kulon Progo yang ingin ke Kecamatan Pajangan Di Kabupaten Bantul, atau pun sebaliknya.

Pekerja, anak sekolah, hingga pedagang memanfaatkan jalan ini sepanjang waktu. Cukup bayar Rp 2000 per motor. Perekonomian masyarakat sekitar meningkat karena jembatan ini, arus logistik lebih lancar dan pasar juga lebih berkembang.

“Dalam sehari sedikitnya 600 motor melewati jembatan ini,” kata Sumarno yang juga Ketua BPK Ngentakrejo ini.

Orang memilih jembatan sesek karena akses lebih cepat, meski lebih berisiko. Padahal terdapat dua tempat menyeberang permanen yang lebih bagus dan aman, namun agak jauh.

Kedua penyeberangan itu adalah Bendung Kamijoro dan Bendung Sapon. Kamijoro dan Sapon hanya bisa dilintasi motor. Sementara dua jembatan lain bisa jadi akses roda empat atau lebih, yakni Srandakan dan jembatan Bantar.

Warga Temben tetap membangun jembatan sesek. Warga mengungkapkan, mereka meneruskan apa yang sudah dilakukan para pendahulu mereka sejak lama. “Sudah ada sejak nenek moyang,” kata Sumarno.

Jembatan dibangun ketika musim kemarau di mana sungai saat itu sedang surut. Biasanya dibangun pada bulan Mei, awal kemarau. Jembatan akan hilang ketika musim hujan dan debit air sungai yang besar.

Tahun ini, jembatan kembali dibikin pada awal Agustus, di mana hujan semakin sedikit, sungai surut, bentang tubir menyempit. Warga memanfaatkan kesempatan membangun jembatan tersebut.

Pintu masuk jembatan berada di belakang tidak jauh dari rumah warga bernama Rohman dan berdiri di pekarangan milik warga bernama Rebin. Setelah jadi, warga sekaligus memasang bendera Merah Putih dan umbul-umbul sekaligus menyemarakkan HUT RI.

Sumarno mengaku, banyak warga memakai fasilitas jembatan untuk akses mereka. Tidak sedikit mengawalinya dengan foto-foto baru menyeberang. Foto kemudian dilempar ke media sosial hingga viral.

Umardini warga Tuksono, Sentolo, baru menyambangi kawasan industri Krebet di Pajangan. Ia berniat pulang ke Tuksono, namun menyempatkan diri selfie di ujung jembatan sebelum menyeberang ke daerah Kulon Progo.

Umardini mengaku akses lewat sesek lebih memudahkan untuk bekerja.

“Lebih cepat, karena tujuan saya hanya ke Bantul ini. Biasanya lewat Bendung Kamijoro, tapi karena ada jembatan ini jadi lebih cepat. Pulang lewat sini (sesek), saya foto dulu untuk WA stori hari kemerdekaan,” kata Umardini di tepi jembatan.

https://yogyakarta.kompas.com/read/2022/08/08/100342978/euforia-hut-ri-bendera-merah-putih-berbaris-di-jembatan-bambu-yang

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke