Salin Artikel

Buntut Kericuhan di Babarsari Yogyakarta, Sosiolog UGM Minta Tes Psikologi Masuk Perguruan Tinggi Dimaksimalkan

Terkait hal ini Sosiolog Kriminolog Universitas Gadjah Mada (UGM) Suprapto menyampaikan terjadinya peristiwa bentrokan di Babarsari dikarenakan daerah tersebut bersifat heterogen.

Banyak mahasiswa dari berbagai daerah yang memilih tinggal di kawasan tersebut. Sehingga, banyak budaya-budaya yang melekat dibawa ke Babarsari.

Ia mencontohkan, kasus Babarsari yang terjadi beberapa waktu lalu disinyalir dipicu oleh beberapa kelompok yang dalam kondisi mabuk, serta enggan membayar tempat hiburan malam. Sehingga terjadi keributan.

"Di sana kan kondisinya heterogen, banyak para mahasiswa dari berbagai daerah yang datang ke sana. Mereka memiliki budaya-budaya yang dibawa seperti minum minuman keras di daerah asalnya mabuk tidak menjadi persoalan," katanya saat dihubungi, Selasa (5/7/2022).

Menurut dia terkait dengan kericuhan di Babarsari beberapa waktu lalu perlu adanya sosok yang dituakan di masing-masing kelompok. Sosok yang dituakan itu nantinya duduk bersama untuk membahas permasalahan yang terjadi.

"Butuh sosok yang memiliki karisma, dituakan untuk mengatasi masalah. Jangan semuanya tetapi sebagian saja, kalau semuanya justru berpotensi konflik kembali," kata dia.

Lebih lanjut ia menyampaikan terkait asimilasi para mahasiswa dari daerah luar Yogyakarta di kawasan Babarsari sudah berjalan dengan baik.

"Dari berbagai suku bangsa yang datang ke Babarsari hanya beberapa kelompok saja kan yang sering ricuh, tidak semuanya," kata dia.

Suprapto melanjutkan, tiap perguruan tinggi perlu kembali memaksimalkan tes psikologis sebagai syarat masuk kuliah.

Bukan berarti yang tidak lolos tidak boleh berkuliah di sana, tetapi sebagai antisipasi jika terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.

"Bukannya tidak ada (tes psikologis), saat ini sudah ada tetapi kan hanya sebagai pelengkap," kata dia.

"Bukan berarti kalau tidak lolos tidak bisa berkuliah, tetapi ini untuk antisipasi jika terjadi gangguan bisa segera didampingi rumah sakita atau psikiater untuk penyembuhan," lanjutnya.

Ia menambahkan sepengalamannya mendampingi Kuliah Kerja Nyata (KKN), ia menemukan terdapat mahasiswa yang menghadapi masalah tidak dengan kepala dingin, justru merusak barang-barang milik kawannya.

"Ada salah satu mahasiswa yang menghadapi masalah tetapi malah merusak LCD HP kawannya. Padahal kalau itu terjadi pada mahasiswa lain tidak sampai seperti itu," kata dia.

https://yogyakarta.kompas.com/read/2022/07/05/174452378/buntut-kericuhan-di-babarsari-yogyakarta-sosiolog-ugm-minta-tes-psikologi

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke