Salin Artikel

Begini Penularan Leptospirosis yang Bisa Sebabkan Kematian, Petani Diimbau Pakai Sepatu ke Sawah

Kepala Dinas Kesehatan Gunungkidul Dewi Irawaty mengatakan, leptospirosis menular melalui  kuman yang masuk lewat luka di tubuh.

"Kuman ada di air seni tikus. Jadi jika tanah atau air tercemar kuman bisa masuk lewat luka, masalah bisa terjadi pada petani di sawah atau perkebunan," kata Dewi saat dihubungi melalui telepon Senin (20/6/2022).

Dijelaskannya, gejala lepstopirosis yang paling umum adalah panas. Kemudian muncul rasa sakit di badan, mual, muntah dan lain-lain. Hal ini tergantung daya tahan tubuh.

"(kalau) yang diserang ginjal, jadi kematian karena gagal ginjal," ucap dia

Dewi mengatakan, untuk pencegahan bisa menggunakan APBD agar kuman tidak masuk ke dalam tubuh.

"Ya untuk pencegahan pake APD kalau bekerja. Misal sepatu bot, baju lengan panjang, sarung tangan dan lain lain," kata Dewi.

Dia juga meminta petani yang bergejalan agar langsung ke tempat pelayanan kesehatan terdekat.

"Kalau bergejala, bisa langsung mengakses layanan kesehatan terdekat untuk mencegah kejadian yang tidak diinginkan," ucap dia.

Dinkes Gunungkidul mencatat selama tahun 2022 sudah ada 22 kasus leptospirosis. Dari jumlah tersebut, 4 di antaranya meninggal dunia.

"Sampai bulan Juni sudah ada 22 kasus, 4 di antaranya meninggal, (data sampai 17 Juni 2022)," kata Kepala Dinkes Gunungkidul Dewi Irawaty saat dihubungi wartawan melalui telepon Minggu (19/6/2022)

Dijelaskannya, jumlah kasus ini cukup tinggi. Meski begitu tahun 2017 masih tetap yang tertinggi yakni 64 kasus, dengan 16 orang meninggal dunia.

"Memang, sekarang ada tren kenaikan dan jumlah kasusnya masih bisa bertambah," kata Dewi.

"Rincian kasus ada di bidang, saya tidak hafal. Yang jelas, kasus didominasi di wilayah pertanian," ucap dia.

Dewi mengatakan, kasus leptospirosis kemungkinan akan terus bertambah selama turun hujan. Seperti saat ini fenomena kemarau basah khususnya warga yang bekerja di sektor pertanian agar lebih berhati-hati terhadap penyebaran penyakit ini.

Apalagi media penularan menggunakan air yang diduga tercampur dengan air kencing tikus.

Data Dinkes kasus leptospirosis tahun 2017 sebanyak 64 kasus, dengan kematian 16 kasus; Tahun 2018 jumlah kasus sebanyak 16, dengan kematian 1; Tahun 2019 jumlah kasus sebanyak 9, dengan jumlah kematian 2;  Tahun 2020 sebanyak 6 kasus, dengan 1 kematian.

Lepaskan Burung Hantu untuk Kurangi Populasi Tikus di ladang

Dinas Pertanian dan Pangan Gunungkidul melepasliarkan 15 ekor burung hantu Tyto Alba di Kalurahan Banaran, Playen. Hal ini untuk mengendalikan hama tikus.

"Potensi serangan tetap ada, tapi masih di bawah ambang batas sehingga masuk kategori aman," kata Kepala Dinas Pertanian dan Pangan Gunungkidul, Rismiyadi.

Selain itu juga ada upaya membuatkan rumah untuk bersarang. Dia mengatakan ada sepuluh rumah burung hantu yang dibuat dan dipasang di Banaran.

"Tyto Alba ini unik karena jalur yang dilewati seperti pesawat. Jadi jalur yang dilewati setiap harinya sama sehingga dibuatkan rumah untuk bersarang dan berkembangbiak," kata Rismiyadi.

Rismiyadi mengatakan, program ini akan terus dikembangkan, selain untuk pengendalian tikus, juga pencegahan lepstospirosis.

"Kami terus kembangkan agar hama tikus benar-benar terkendali. Selain itu, juga sebagai upaya pencegahan terhadap penyebaran penyakitn leptospirosis,” kata dia.

https://yogyakarta.kompas.com/read/2022/06/20/161709678/begini-penularan-leptospirosis-yang-bisa-sebabkan-kematian-petani-diimbau

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke