Salin Artikel

Penduduk Kota Yogyakarta Diistimewakan Saat PPDB Jadi Daya Tarik Orangtua Pindah KK

Bentuk perlakuan khusus itu, warga Kota Gudeg diperbolehkan mendaftarkan anaknya sebanyak 3 kali dalam PPDB di Kota Yogyakarta.

Penilik Madya Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (Disdikpora) Kota Yogyakarta Rochmat mengatakan, ada beberapa hal yang membuat orangtua memindahkan kependudukannya anaknya.

Salah satunya adalah penduduk Kota Yogyakarta diizinlan mendaftar sebanyak 3 kali dalam PPDB.

"Jadi memang menarik untuk penduduk kota karena bisa 3 kali daftar dan waktunya beda-beda. Orangtua suka di situ. Beda dengan daerah lain biasanya hanya satu di tanggal sekian. Diistimewakan, itu yang kemudian orang berbondong-bondong tadi kenapa harus masuk ke kota," ujarnya, saat ditemui di Disdikpora Kota Yogyakarta, Selasa (14/6/2022).

Ia mengatakan, terdapat 3 gelombang PPDB di waktu yang berbeda. Pertama pada 10-13 Juni PPDB jalur bibit unggul, dilanjutkan dengan jalur zonasi, dan 17 Juni dilanjutkan PPDB jalur mutu.

Ia menambahkan selain waktu PPDB yang dibuka selama 3 kali, para orangtua juga mengejar sekolah-sekolah yang dinilai favorit di Kota Yogyakarta.

"Ya memang karena nilai-nilai tinggi itu ada di sini (Kota Yogyakarta)," kata dia.

Kemudahan mendaftar sekolah di Kota Yogyakarta juga dinilai sebagai faktor yang membuat orangtua tertarik pindah KK.

Ia mencontohkan, siswa sebelum lulus wajib mengikuti Asessment Standar Pendidikan Daerah (ASPD) yang hasilnya bisa digunakan untuk mendaftar sekolah di Kota Yogyakarta.

"Memang sebetulnya kalau orangtua melihat cara mendaftarnya lebih enak di sini (Kota Yogyakarta). Contoh yang paling sederhana ketika orangtua sudah tahu nilai ASPD-nya, maka dengan melihat rentangan itu kan sudah ada gambaran diterima tidak kalau diterima di mana," kata dia.

Ia membandingkan jika nilai ASPD tidak ada maka penerimaan siswa harus menggunakan nilai rapor selama 5 semester dikalikan 15 persen, ditambah dengan akreditasi sekolah.

Sehingga, menyulitkan orangtua siswa memerkirakan di mana sekolah yang bisa menerima anak-anaknya.

"Bandingkan kalau banyak variabel, banyak unsur. Nilai rapor 5 semester dikalikan 15 persen ditambah akreditasi dan lain segala macam. Itu kan orang tua harus menghitung satu per satu total nilai berapa. Sudah ketemu hasilnya mereka harus mencari ada di posisi mana," ungkapnya.

"Kalau yang di kota, satu-satunya alat seleksi ASPD, ketika nilai ASPD tahu misalnya 200. Tidak bisa langsung sombong atau rendah diri tetapi harus melihat dulu rentangannya," ungkapnya.

Ia menambahkan orangtua akan kesulitan ketika mengetahui anaknya memiliki nilai yang tinggi tetapi orangtua sulit memprediksi apakah diterima di sekolah yang dipilih atau tidak.

"Itu kalau kemudian misalkan toh tidak terima itu beban orang tua ke anak, karena yang nyari SMP bukan anak tapi orang tua yang akan melaksanakan anak tapi orang tua yang akan harus serius mencari," ujarnya.

Rochmat mengatakan tren perpindahan penduduk tidak hanya untuk mendaftar sekolah SMP saja tetapi, pindah penduduk juga dimanfaatkan untuk mendaftar di tingkat lebih tinggi yakni SMA.

"Nampaknya ini juga menjadi tren karena di SMA yang dulu tidak wilayah, sekarang kan ada jalur wilayah untuk SMA di radius 300 meter harus diterima. Orangtua cenderung kalau pindah kota itu tidak hanya untuk SD SMP, tapi sekalian mungkin ke SMA," jelasnya.

Disdikpora Kota Yogyakarta tak bisa berbuat banyak dengan gelombang perpindahan penduduk. Sebab, hal itu diperbolehkan oleh pemerintah tetapi tetap ada porsinya pada tiap jalurnya.

"Tampaknya kita juga tidak bisa berbuat banyak karena aturan pemerintah itu kan ada namanya zona wilayah itu. Meskipun ada porsi-porsi yang seperti itu," pungkasnya.

https://yogyakarta.kompas.com/read/2022/06/14/150430978/penduduk-kota-yogyakarta-diistimewakan-saat-ppdb-jadi-daya-tarik-orangtua

Terkini Lainnya

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Regional
Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Regional
Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Regional
Komunikasi Politik 'Anti-Mainstream' Komeng yang Uhuyy!

Komunikasi Politik "Anti-Mainstream" Komeng yang Uhuyy!

Regional
Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Regional
Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Regional
Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Regional
Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Regional
Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Regional
Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Regional
Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Regional
BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

Regional
Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Regional
Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di 'Night Market Ngarsopuro'

Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di "Night Market Ngarsopuro"

Regional
Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke