Salin Artikel

Tarif Selangit untuk Nikmati Keindahan Candi Borobudur

Kenaikan harga tiket ini bertujuan untuk membatasi jumlah pengunjung sehingga kondisi candi sebagai cagar budaya tetap ini tetap lestari

Direktur Utama PT Aviasi Pariwisata Indonesia (Persero)/InJourney, Dony Oskaria mengatakan, wacana kenaikan harga tiket naik ke Candi Borobudur sudah berdasarkan masukan dan pertimbangan para ahli, khususnya Dirjen Kebudayaan Kemendikbud.

Untuk diketahui, kementerian tersebut memang mengurus konservasi Candi Borobudur.

Dony menyebut, faktor konservasi dalam rangka menjaga keberlangsungan candi menjadi fokus utama dalam penetapan jumlah kunjungan yang menaiki candi, sehingga tidak merusak kondisi peninggalan bersejarah ini.

Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan sempat menyebut, kapasitas turis yang menaiki candi dibatasi hanya 1.200 orang per hari.

"Untuk membatasi jumlah (orang yang menaiki candi) tersebut salah satu alternatifnya adalah menaikan tarif untuk naik, tetapi bukan tarif untuk masuk ke kawasan borobudur, tarif masuk tetap seperti sekarang," ucap Dony.

Saat ini, InJourney selaku holding pariwisata BUMN diminta untuk mengkaji alternatif-alternatif tersebut bersama dengan Dirjen Kebudayaan Kemendikbud.

Salah satu wacana yang disiapkan adalah menerapkan harga tiket naik untuk pelajar, yakni hanya Rp 5.000/orang.

Sebagai informasi, kenaikan tiket juga berlaku untuk turis mancanegara dengan harga sekitar 100 dollar AS/orang atau Rp 1,45 juta.

Selain naik dengan biaya tiket yang sudah ditentukan, turis-turis juga harus menggunakan guide lokal dari warga sekitar Candi Borobudur.

Masih menunggu

Sementara, Juru Bicara Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Jodi Mahardi menyampaikan, kenaikan harga tiket naik Candi Borobudur masih menunggu keputusan presiden.

“Hal ini (tarif baru Borobudur) masih akan dibahas dan diputuskan oleh Presiden terkait 5 Destinasi Pariwisata Super Prioritas (DPSP),” ujar Jodi dihubungi Kompas.com, Senin (5/6/2022).

Dia menegaskan, rencana kenaikan tarif diambil karena kondisi Candi Borobudur yang terletak di Magelang, Jawa Tengah, itu sudah mengalami pelapukan.

“Pemerintah membuat ini semata-mata agar menjaga statusnya sebagai cagar budaya maka pemerintah kemudian melakukan hal tersebut,” jelas Jodi.

Respons Gubernur Ganjar Pranowo

Sementara, Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo menilai, kebijakan tersebut telah mempertimbangkan berbagai aspek sehingga tidak diputuskan begitu saja.

Salah satunya terkait konservasi Candi Borobudur yang belakangan mengalami penurunan.

“Maka untuk naik ke candi kemarin disampaikan agar ada pengelolaan dengan pengendalian melalui tarif, kira-kira begitu,” kata Ganjar, dalam keterangannya, Minggu (5/6/2022).

Melalui instagramnya, Ganjar juga mengatakan kebijakan tersebut belum diterapkan.

Persiapan teknis dan regulasi masih dibahas oleh pihak PT TWC dan Balai Konservasi Borobudur (BKB).

Di sisi lain, kebijakan baru juga dibahas yakni menurunkan harga tiket masuk kawasan Candi Borobudur untuk pelajar menjadi Rp 5.000 dari sebelumnya Rp 25.000.

“Sehingga pada saat nanti mereka butuh edukasi, mereka butuh dalam konteks ilmu pengetahuan, itulah kebijakan yang diambil khusus untuk pelajar,” katanya.

Kepada pedagang, Ganjar juga meminta agar tidak resah dengan kebijakan yang ada.

Apalagi sampai saat ini, kawasan Candi Borobudur masih ramai dikunjungi wisatawan, baik domestik maupun mancanegara.

“Perbedaannya antara tiket masuk kawasan dan tiket naik, itu dua hal yang berbeda. Kan hari ini juga tidak naik dan pedagang juga oke, jadi pedagang nggak perlu takut soal itu. Toh hari ini semua nggak boleh naik kan juga ramai,” pungkasnya.

Kritik sejumlah kalangan

Rencana pemerintah menaikkan tarif menaiki struktur Candi Borobudur menuai kritik dari sejumlah kalangan.

Dari perspektif perlindungan terhadap cagar budaya, Guru Besar Ilmu Sejarah Universitas Gadjah Mada, Prof Dr Sri Margana, sepakat bahwa "membatasi kunjungan untuk preservasi heritage yang sudah ribuan tahun umurnya itu baik".


Pembatasan pengunjung juga perlu karena menurutnya, setiap tahun jumlah wisatawan di Borobudur semakin berjubel di area yang terbatas sehingga pengunjung tidak bisa menikmati kunjungannya dengan nyaman.

Akan tetapi, dia tidak sepakat dengan rencana kenaikan harga tiket bagi wisatawan domestik hingga mencapai Rp 750.000.

"Membatasi kunjungan dengan cara menaikkan tiket secara ugal-ugalan itu juga akal-akalan saja, mau melindungi obyeknya tetapi tidak mau berkurang penghasilannya," kata pria yang berfokus pada bidang ilmu sejarah dan arkeologi tersebut, dikutip dari BBC Indonesia, edisi 5 Juni 2022.

Ada dua solusi yang dia tawarkan untuk membatasi kunjungan, alih-alih menaikkan harga tiket hingga ratusan ribu rupiah.

Pertama, dengan membatasi kuota kunjungan, khususnya bagi para pengunjung rombongan dengan melakukan reservasi lebih dulu.

Lalu yang kedua, mengatur aliran pengunjung sedemikian rupa sehingga tidak merusak heritage.

"Misalnya membedakan tiket bagi mereka yang ingin naik ke candi atau hanya berkeliling di sekitar candi," paparnya.

Sementara, Kepala Balai Konservasi Borobudur, Wiwit Kasiyati, mengaku pihaknya tidak dilibatkan dalam rencana harga baru tiket naik Candi Borobudur.

"Saya tidak tahu sebenarnya apakah kajiannya sudah ada atau belum. Mestinya ada pembicaraan. Hitungannya bagaimana, kajiannya bagaimana, kami tidak tahu. Kami tidak dilibatkan. Cuma kami menyampaikan dengan adanya pemandu dan sandal (di candi) tentu harganya beda. Tapi harganya naik segitu banyaknya kami tidak tahu," kata Wiwit.

Lepas dari rencana tarif Rp 750.000 untuk wisatawan lokal, Wiwit menekankan bahwa pihaknya ingin meninggalkan konsep turisme massal dan menyasar pariwisata yang berkualitas.

"Itu sudah ibaratnya harus segera dilakukan, harga mati itu. Kalau kita tidak segera lakukan, kerusakan akan semakin meningkat," tegasnya dalam wawancara dengan wartawan Hilman Hamdoni yang melaporkan untuk BBC News Indonesia.

"Ada pengunjung yang meninggalkan vandalisme atau sampah atau makanan yang terbawa. Ada juga permen karet. Ada relief teratai di bawah yang aus karena diinjak-injak pengunjung yang ingin merogoh stupa," katanya lagi.

Balai Konservasi Borobudur sendiri telah melakukan kajian mengenai daya dukung fisik atau physical carrying capacity Candi Borobudur.

Kata Wiwit, kapasitas ideal kunjungan turis ke Borobudur dalam sehari adalah 1.259 orang.

Kunjungan para wisatawan secara ideal harus ditemani dengan pemandu dan memakai sandal khusus agar tidak merusak struktur candi.

Jika pembatasan kunjungan dilakukan, menurutnya, bisa jadi berdampak positif untuk para pedagang di sekitar kawasan Borobudur yang tetap terbuka untuk dikunjungi.

"Konsep kami itu Pembatasan dan Penyebaran. Jadi yang tidak bisa naik ke zona satu (candi) nanti bisa diarahkan berkunjung ke kawasan Borobudur, biar masyarakat bisa mendapatkan kesejahteraan juga. Borobudur menjadi magnetnya. Tapi lampu-lampu kecilnya ada di kawasan," ujar Wiwit.

Adapun Ketua Perkumpulan Ahli Arkeologi Indonesia, Marsis Sutopo, menilai kebijakan kenaikan harga harus dikaji secara mendalam.

"(Pembatasan kunjungan dengan menaikkan harga tiket) itu bagus buat (kelestarian) candi. Karena orang jadi berpikir ulang kalau mau naik candi. Tapi bagaimana dengan masyarakat lokal? Pelaku pariwisata lokal?" ujar dia.

Berita mengenai kenaikan harga tiket itu, menurutnya, bisa jadi membuat wisatawan gentar.

"Wisatawan sudah ditembak dulu dengan psikologi harga, 'harganya mahal ya, mending kita nggak usah ke sana, deh'. Dan ujung-ujungnya yang rugi adalah warga lokal yang menggantungkan ekonominya pada pariwisata di Borobudur," kata Marsis.

Sementara, Association of The Indonesian Tours And Travel Agencies (Asita) Jawa Tengah sangat menyayangkan rencana penerapan tarif baru tiket naik kawasan Candi Borobudur.

"Ini terlalu mahal kenaikannya," kata Penasihat Asita Jawa Tengah, Daryono, kepada wartawan di Solo, Fajar Sodiq, yang melaporkan untuk BBC News Indonesia.

Harga kenaikan tersebut, menurut dia, akan sangat memberatkan untuk para wisatawan lokal.

Tak hanya itu, kenaikan harga tiket juga diprediksi bakal membuat para pelaku usaha perjalanan wisata mengalami kerugian.

Pasalnya, para biro wisata telah memesan tiket destinasi wisata untuk konsumen setahun sebelumnya.

Sebelum menaikkan harga tiket, dia meminta kepada pemerintah untuk mengajak bicara dengan para pemangku kepentingan di sektor wisata dan industri.

"Hendaknya semua stakeholder diajak ngomonglah biar bisa kasih masukan-masukan agar tidak merugikan semua pihak, mulai dari turis lokal, biro perjalanan dan lainnya," kata dia.

Saat ini, tarif tiket wisatawan lokal Candi Borobudur dipatok sebesar Rp 50.000 untuk usia di atas 10 tahun.

Lalu anak usia 3-10 tahun dikenakan tarif masuk Rp 25.000, dan anak di bawah tiga tahun tidak dikenakan biaya.

Sementara, wisatawan asing dewasa diharuskan membayar sebesar Rp 350.000 dan untuk turis asing anak-anak dikenai biaya Rp 210.000.

(Penulis Fika Nurul Ulya, Nur Rohmi Aida, Kontributor Semarang, Riska Farasonalia| Editor Erlangga Djumena, Inten Esti Pratiwi, Pythag Kurniati, BBC Indonesia)

https://yogyakarta.kompas.com/read/2022/06/06/052000678/tarif-selangit-untuk-nikmati-keindahan-candi-borobudur

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke