Salin Artikel

Cerita Warga dan Kondisi TPST Piyungan: Dari Cari Mainan di Tumpukan Sampah hingga Dijaga 24 Jam

Tidak ada lalu lalang truk pengangkut sampah masuk kawasan itu. Saat ini hanya terlihat truk pengangkut material pembangunan TPST dan kendaraan warga sekitar yang diperbolehkan masuk.

Tenda kecil berukuran 3x3 meter dan tumpukan batu tepat di sebelah Masjid Baiturrahman digunakan warga untuk menjaga dari truk sampah.

Belasan sepanduk yang berisi penolakan TPST Piyungan juga masih terpasang,

Saat Kompas.com datang Rabu (11/5/2022), bertemu dengan Juno, warga Banyakan II yang berjaga di tenda.

Di dalam tenda ada beberapa gelas dan makanan menemani penduduk berjaga selama 24 jam penuh mencegah sampah dari Bantul, Kota Yogyakarta, dan Kabupaten Sleman masuk.

Pojokan kiri terdapat air dalam galon berwarna hitam. Galon tersebut tidak berisi kopi, melainkan air limbah yang mengalir ke Padukuhan di sebelah utara TPST.

"Itu air limbah dari TPST mas, untuk menunjukkan betapa pekatnya limbah dari tempat pembuangan sampah," kata Juno Rabu.

Juno menceritakan, sekitar medio akhir 1990 an, dirinya bersama beberapa temannya masih bermain di sekitar TPST Piyungan mencari mainan yang dibuang dari kota.

Mainan anak yang populer masa kecilnya dapat mudah ditemukan, lalu membawanya pulang dimainkan bersama teman-temannya.

Tak ada rasa khawatir jika saat dirinya dewasa akan menemui masalah yang berasal dari lokasi bermainnya itu.

"Ada robot yang dulu tidak mampu beli, ada mainan dari hadiah makanan itu nyari disana. Dulu kan seperti lembah gitu, sekarang sudah jadi gunung," kata Juno.

Sambil bercerita, Juno pun sempat memberhentikan mobil bak terbuka. Ternyata kendaraan itu membawa rosok yang akan dikumpulkan ke pengepul.

Seperti warga lainnya, dia menceritakan dampak TPST bagi warga di bawah cukup beragam mulai bau, lalat hingga tercemarnya air oleh sampah.

"Infonya hari ini akan ada pertemuan di Provinsi jam 13.00 WIB," kata Juno.

Sampai belum ada kesepakatan, warga akan terus berjaga selama 24 jam penuh.

Kondisi TPST Piyungan

Kompas.com pun masuk ke area TPST Piyungan. Di sana tampak sejumlah pekerja menutup sampah dan akan menjadikannya lahan hijau.

Sebagian sampah yang menggunung sudah tertutup tanah dan ditumbuhi rerumputan.

"Tugas kami menutup, pokoknya ditata kaya gini pak," kata salah seorang pekerja yang mengaku bernama Dargombes.

Di sela tumpukan sampah ada ratusan hewan ternak seperti sapi dan kambing mengais makanan diantara tumpukan sampah, seolah tak menghiraukan alat berat menata sampah.

Dari atas gunung sampah terlihat sejumlah alat berat bekerja menata kawasan TPST terutama di sisi utara

Sebelumnya,  warga menutup pintu masuk kawasan TPST Piyungan dalam aksi Sabtu (7/5/2022)

Koordinator aksi Herwin Arfianto mengatakan, peserta aksi berasal dari warga yang terdampak limbah pembuangan sampah TPST Piyungan. Seperti Padukuhan Banyakan III, Ngablak, Watugender, Ngkengkong, Bendo dan perwakilan dari Banyakan I dan Banyakan II.

Penutupan ini karena dampak langsung dirasakan oleh masyarakat selama ini. Selain itu mereka menilai sesuai instruksi Surat Edaran (SE) nomor 188/41512 tanggal 20 Desember 2021 yang diketahui kepala Dinas Lingkungan Hidup dan kehutanan DIY Kuncoro Cahyo Aji, TPST Piyungan ditutup Maret 2022.

"Jika dipaksakan hanya akan memperparah dampak kepada masyarakat Dusun Banyakan kedepan. Namun juga dusun-dusun lainnya," kata Herwin

Dikatakannya, gerakan ini menolak transisi pembuangan sampah ke lahan baru di sebelah utara TPST Piyungan dengan luasan 2,1 hektar.

Masyarakat secara tegas menolak adanya pembebasan lahan dan sepakat untuk menutup permanen.

"Kondisi penampungan sudah memprihatinkan seharusnya tidak digunakan lagi," kata Herwin.

"Itu limbah, bau, dan untuk limbah itu dialirkan di parit-parit kecil. Warga di dekat parit itu sumurnya sudah tercemar, dan dimasak untuk air minum saja sudah tidak layak," kata dia. 

https://yogyakarta.kompas.com/read/2022/05/11/105052278/cerita-warga-dan-kondisi-tpst-piyungan-dari-cari-mainan-di-tumpukan

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke