Salin Artikel

8 Pelajar SD dan SMP di Yogyakarta Produksi Ratusan Mercon, Dibuat Saat Orangtua Tidur

Mereka ternyata memproduksi ratusan mercon dan menjualnya di seputaran wilayah Kabupaten Bantul, DI Yogyakarta.

Kapolres Bantul AKBP Ihsan mengatakan, pihaknya melakukan patroli bersama relawan pada Minggu (24/4/2022) dini hari sekitar pukul 02.00 WIB.

Dari informasi, ada salah satu rumah yang diduga menjadi lokasi pembuatan mercon di sekitar Padukuhan Krasan, Kalurahan Palbapang, Kapanewon Bantul, Kabupaten Bantul.

"Kami lakukan  penggerebekan terhadap sebuah rumah yang diduga sebagai tempat perakitan mercon. Hasilnya ditemukan 7 orang anak sedang merakit mercon, dan semuanya masih pelajar," kata Kapolres pada wartawan di Mapolsek Bantul, Minggu.

Adapun tujuh orang pelajar yang diamankan pelajar SMP berinisial NH (13) warga Kalurahan Guwosari, Kapanewon Pajangan, lalu DKP (12) pelajar SD warga Kalurahan Ringinharjo, Kapanewon Bantul.

Kemudian pelajar SMP berinisial HD (14) warga Kalurahan Palbapang, Bantul, ON (12) warga Kalurahan Ringinharjo, Bantul dan merupakan pelajar SD; pelajar SMP berinisial ELS (16) warga Kalurahan Gilangharjo, Kapanewon Pandak.

RM (15) warga Kalurahan Trirenggo, Bantul dan RAD (14) warga Palbapang Bantul. Keduanya merupakan pelajar SMP.

Lalu  M warga Ringinharjo Bantul yang merupakan pelajar MTs.

"Jadi total ada 8 orang yang diamankan," kata Ihsan.


Peran masing-masing

Dijelaskannya, masing-masing anak memiliki peran. Salah satu anak berperan sebagai pembeli bahan baku pembuatan mercon melalui salah satu e-commerce secara COD (cash on delivery).

Mereka membeli bubuk mercon dari patungan, dibuat sendiri. Selain diledakkan, mereka juga menjualnya.

"Sudah beroperasi bsejak awal puasa. Sistemnya, mereka patungan dan setelah uang terkumpul diberikan ke M sebagai yang bertuga mencari bahan baku dan setelah bahan datang diracik 7 orang tersebut," kata Ihsan.

Mereka menjualnya dengan harga Rp 25.000 per buah,  untuk modalnya membeli bahan yang bisa menghasilkan banyak mercon antara Rp 70.000 sampai Rp 80.000.

"Kalau yang ratusan longsongan mercon itu mereka persiapkan untuk malam takbiran di Pajangan," kata Ihsan.

Belajar dari medsos

Ihsan menyebutkan, pihaknya menyita 3 bungkus racikan mercon seberat 4 ons, 2 bungkus bubuk belerang/sulfur 2 kilogram, 2 bungkus bubuk potasium 1,8 kilogram dan 1 bungkus alumunium 1,5 ons. Selanjutnya untuk motor ada 3 unit yang disita.

"Selain itu, kami juga sita 473 buah selongsong mercon yang belum jadi. Kemudian 17 mercon yang sudah jadi dengan berbagai ukuran," ucap dia.

Disinggung cara pembuatan, para pelajar ini membuat secara otodidak, belajar dari media sosial.

Saat ini polisi masih melakukan pendalaman kasus ini, dan jika terbukti bersalah akan dilakukan proses hukum.

"Kalau terbukti, mereka disangkakan Undang-Undang Darurat Nomor 12 Tahun 1951 dengan ancaman hukuman bisa sampai 20 tahun penjara," kata Ihsan.


Dibuat saat orangtua tidur

Salah seorang pelajar, M mengaku baru tahun ini membuat mercon, dan sudah beberapa kali membeli bahan baku pembuatan mercon dari salah satu e-commerce.

Mereka membeli dengan cara patungan sebesar Rp 5.000 per orang.

"Sudah 3 kali COD (bahan baku pembuatan mercon), tapi baru kali ini ikut," kata dia.

RAD mengakui bisa membuat puluhan selongsong mercon, saat orangtuanya tidur.

"Orangtua tidak tahu. Tahunya hanya buat selongsong terus dibilangin jangan gitu, tapi ya kami tetap buat. Kalau yang buat setiap malam minggu, sekali merakit jadi berapa itu tergantung kertasnya, tapi rata-rata bisa 20 buah," kata dia. 

https://yogyakarta.kompas.com/read/2022/04/24/180449778/8-pelajar-sd-dan-smp-di-yogyakarta-produksi-ratusan-mercon-dibuat-saat

Terkini Lainnya

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Regional
Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Regional
Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Regional
Komunikasi Politik 'Anti-Mainstream' Komeng yang Uhuyy!

Komunikasi Politik "Anti-Mainstream" Komeng yang Uhuyy!

Regional
Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Regional
Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Regional
Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Regional
Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Regional
Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Regional
Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Regional
Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Regional
BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

Regional
Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Regional
Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di 'Night Market Ngarsopuro'

Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di "Night Market Ngarsopuro"

Regional
Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke