Salin Artikel

Marak Kejahatan Jalanan Libatkan Remaja, Erix Soekamti Gelar Jogja Gelut Day

Bahkan, beberapa waktu lalu, satu pelajar berusia 18 tahun menjadi korban dan meninggal dunia.

Aksi kejahatan jalanan yang melibatkan remaja ini menjadi keresahan dan keprihatinan dari berbagai pihak.

Salah satunya, musisi Erix Soekamti. Dalam rangka menekan aksi kejahatan jalanan yang melibatkan remaja tersebut, Erix menginisiasi Jogja Gelut Day.

"Klitih itu kan keresahan bersama, keresahan masyarakat. Jadi Jogja gelut day itu adalah salah satu dari sekian banyak dari inisiatif masyarakat," ujar Erix Soekamti saat dihubungi, Jumat (8/04/2022).

Erix menyampaikan ide mengelar Jogja Gelut Day muncul secara spontan setelah melihat kondisi maraknya kembali aksi kejahatan jalanan di Yogyakarta yang melibatkan remaja.

Ide ini, mendapatkan respon dan kemudian bergerak mengatasnamakan Jogja Mixed Martial Art (MMA).

"Jogja MMA, kan ketuane aku (ketuanya Saya). Nah di situ kan cabang bela dirinya okeh banget (banyak banget), nah kita berembug itu, wingi sakjane (sebenarnya) spontan sih tapi akhirnya direspons kabeh (semua) pihak iki mulai membangun mekanisme," urainya.

Rencananya, Jogja Gelut Day akan digelar pada Juni 2022. Sebelum itu, akan dilakukan terlebih dahulu sosialisasi.

"Pendaftaran mungkin mulai minggu depan. Bulan Mei kita pakai untuk sosialisasi ke sekolah-sekolah ke geng-geng kemana-mana itu semuanya disosialisasikan atau diajak bergabung," ungkapnya.


Acara Jogja Gelut Day rencananya akan digelar selama tiga hari.

Tidak main-main, menurut Erik nantinya yang akan memimpin jalanya laga Jogja Gelut Day ini adalah wasit internasional.

"Jadi mereka bisa mendadak jadi professional ya iso ugo (ya bisa juga), nek iso tembus tekan duwur (kalau bisa lolos sampai atas). Nek enggak pun itu kan akan menjadi mimpi mereka yang akan mereka kejar, karena ini akan kita bikin reguler setiap empat bulan sekali," urainya.

Erik menuturkan yang terdampak dari aksi kejahatan jalanan ini selain masyarakat juga penggiat wisata. Sebab wisatawan menjadi takut untuk datang ke Yogyakarta.

"Nah sak iki (sekarang) kita kembalikan itu dengan membuat ini menjadi hiburan, jadi, sportourism nek aku bilang begitu, kita kembalikan ke sportourism, kita bawa sport ini ke ranah wisata supaya dapat promo juga bagus juga tiketan juga yang nonton banyak juga. Nanti ada hiburan musiknya juga, jadi memang tak gawe geden (acara dibuat besar) supaya semakin bergengsi, kan semakin menjadi kebanggan setiap orang," tandasnya.

Adanya Jogja Gelut Day dapat menjadi wadah untuk menyalurkan bakat dan minat. Sebab, Erik melihat akar masalah dari para remaja melakukan aksi kejahatan di jalanan karena tidak mendapatkan wadah yang benar dan apresiasi.

"Harapannya supaya teman-teman yang belum punya wadah itu bisa mengaktualisasi dirinya di sini. Kan akar masalahnya dia tidak mendapat apresiasi di tempat yang benar itu, sampai akhirnya gaulnya di tempat yang keliru, diapresiasi di tempat keliru ya terjadilah seperti itu. Wong rata-rata yang kecekel (tertangkap) yo bayi kabeh (usia masih kecil semua), tur ngepil kabeh, mendem kabeh, sebenarnya nek benar-benar sadar total ya mereka enggak akan melakukan itu," ungkapnya.

Membuat wadah yang positif untuk para remaja menyalurkan minatnya lanjur Erik tidak sebatas hanya dalam bentuk olah raga. Namun bisa dalam bentuk-bentuk lain.

Langkah mengelar Jogja Gelut Day ini lanjutnya sebagai satu bentuk usaha untuk meredam remaja melakukan aksi kejahatan jalanan, sehingga Yogyakarta menjadi kota yang aman.

"Harapan kita dengan ini bisa lumayan menekan lah, seperti disebutkan di awal tadi ini salah satu bentuk usaha dari sekian banyak usaha inisiatif masyarakat untuk meredam itu. Supaya Jogja yang namanya Jogja Istimewa yang katanya terbuat dari rindu dan romansa itu bener-bener kembali, terwujud seperti sedia kala," pungkasnya

https://yogyakarta.kompas.com/read/2022/04/08/193937878/marak-kejahatan-jalanan-libatkan-remaja-erix-soekamti-gelar-jogja-gelut

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke