Salin Artikel

Jumini, Lansia yang Keluar Sendiri dari Timbunan Longsor di Kulon Progo

Jumini (65) belum tidur ketika itu. Lansia empat cucu ini sedang berkeluh kesah via WhatsApp dengan anaknya di Semarang, Jawa Tengah, tentang betapa deras hujan malam itu, juga begitu menakutkan petir.

Terdengar satu kali suara seperti batu atau kayu ukuran besar retak merekah. Suaranya mengalahkan deru hujan.

Jumini berniat memeriksa suara itu dari balik jendela. Kejadian selanjutnya begitu cepat, yang mana rumahnya bergerak hebat dan Jumini seketika tidak ingat apapun.

“Saya tahunya semua gelap. Tidak bisa bergerak. Kaki ada yang menjepit. Saya berada di dalam sesuatu yang padat tapi berair, itu lumpur, basah semua,” kata Jumini, Rabu (6/4/2022).

Jumini mengira dirinya sudah mati. Ia berusaha keras mengingat bagaimana rumah seketika runtuh.

Ia mulai meyakini dirinya berada di dalam puing rumah. Jumini berteriak minta tolong, tapi suaranya ditelan hujan.

Setelah kaki dalam lumpur lolos dari jepitan puing, ia merayap di antara celah menuju lubang seukuran badannya yang kecil.

Ia segera berlari ke rumah Wagini (57), tetangga yang hanya 20 meter dari rumahnya.

Penderitaannya belum berakhir. Jumini harus melewati lumpur sepinggang untuk sampai ke Wagini.

Ia memanggil-manggil. Awalnya penghuni rumah takut sehingga pintu tidak dibuka karena sosok memanggil itu dipenuhi tanah dari ujung rambut ke kaki, sambil duduk di teras.

“Saya kira apa, kami takut. Dia kelihatan penuh dengan lumpur sekujur badan dan muka, seperti orang keluar dari tanah (kubur),” kata Wagini menerangkan bagaimana mereka sempat ragu.

Akhirnya mereka memberanikan diri keluar rumah setelah yakin orang itu Jumini, tetangga terdekat. Saat itu, Jumini sambil berteriak “omahku kebrukan (rumahku keruntuhan)”.

Wagini lantas memintanya mandi dan memberi pakaian. Wagini dan kelurganya, juga Jumini kemudian mengecek lokasi dan menemukan tempat tinggal Jumini sudah rata dengan tanah.

Rumah tinggal Jumini berada di lereng bukit terjal. Jaraknya kira-kira satu kilometer dari sebuah sekolah dasar di lereng terbawah. Menuju ke sana harus lewat jalan samping sekolah, menanjak, berbatu dan rasanya sulit dilewati.

Rumah Jumini paling atas. Terdapat ekskavator mangkrak di sana. Jumini menempati dua rumah gebyok atau rumah Jawa model limasan dari kayu.

Rumah satu untuk tidur, yang sebelah depan ruang menerima tamu dan menyimpan gamelan.

Kedua rumah berada di samping jurang yang dalam sampai ke sungai. Pada sisi yang lain dari rumah adalah tanah samping tebing yang lahannya sudah terkupas.

Lahan dan tebing merupakan tanah keluarga Jumini yang tengah disewa konsesi tambang.

Tebing itulah yang runtuh, Jumat menjelang tengah malam. "Perkiraan jam 23.30 WIB kalau melihat foto dari tetangga yang memfoto saya kondisi basah itu," kata Jumini.

Rumah gebyok bagian belakang roboh. Dinding kayu hingga kamar mandi dari rusak berat. Semua perabotan hancur terkubur. Nyaris tidak ada yang bisa dimanfaatkan.

Surat berharga, surat pensiun suaminya, perabotan yang dibikin sendiri, baju, uang, hingga emas tidak ditemukan. “Kerugian bisa ratusan juta," kata Jumini pasrah.

Jumini mengaku sebenarnya tidak sepenuhnya berani hidup sendiri di sana. Kedua anaknya sudah berulang kali memaksa dirinya untuk tinggal bersama mereka di kota.

Jumini mengatakan tidak siap meninggalkan rumah penuh kenangan bersama suaminya.

Ia masih mengingat bagaimana Waidi banting tulang dengan keahlian perkayuan membuat banyak barang, hingga akhirnya diterima sebagai pegawai negeri di dinas tenaga kerja dan transmigrasi. Namun, Waidi terlalu cepat dipanggil Tuhan.

"Bukan bondho (harta) yang saya berat hati meninggalkan semua ini, tapi kenangan rumah ini begitu banyak. Dari kami hidup susah lalu bisa berhasil," kata Jumini sambil menangis. Ia menegaskan, kenangan itu tidak ternilai.

Kini, ia mengingat lagi bagaimana kenangan terbesar sejatinya adalah bersama anak dan cucu. Karena itu ia berniat akan tinggal bersama salah seorang di antaranya di kota. Sesekali nanti, lansia ini akan menengok rumah.

Sementara itu, bantuan terus mengalir ke rumahnya. Terutama dari warga pedukuhan dan kalurahan.

Ia menerima bantuan sembako lewat Dukuh (kepala dusun) setempat hingga kementerian sosial.

Semuanya diterima sambil ia terus berupaya menyelamatkan barang yang masih bisa diselamatkan.


Tewas tertimpa rumah

Peristiwa longsor terjadi di banyak sekali tempat di Kulon Progo, Jumat lalu. Semua akibat hujan deras.

Longsor saat itu bahkan sampai menelan korban jiwa warga Pedukuhan Papak, Kalurahan Kalirejo, Kapanewon Kokap.

Warga Papak itu Marsinem (70) alias Mbah Tenil (70). Ia tewas akibat tertimpa rumahnya yang roboh didorong tebing longsor. Tidak hanya satu rumah, tapi kedua rumah yang roboh.

Marsinem lansia difabel yang hidup sebatang kara. Tangan kanannya sudah tidak berfungsi baik karena terus tertekuk. Suami dan kedua anaknya sudah meninggal sejak lama.

Ia tinggal di rumah kayu di bukit. Rumahnya jauh dari tetangga dan hanya berteman sepi. Sekelilingnya hutan dipenuhi pohon keras.

Terdapat jalan semenisasi menanjak yang sempit menuju ke sana.

Waginah (62), warga RT 19 Papak, menceritakan kalau saat itu sedang hujan disertai petir. Warga memilih diam di rumah.

Waginah turun dari bukit pagi hari. Ia mendatangi rumah Mbah Tenil pukul 06.15 WIB, bermaksud meminta air untuk memasak. Waginah melihat rumah Tenil sudah rata tanah, di samping rumah ada bekas tanah longsor.

“Saya teriak rumahnya Yu Teni kebrukan (ambruk),” kata Waginah.

Beberapa warga datang tak lama kemudian. Mereka mencoba menolong korban.

Setelah membongkar genting, mereka menemukan Marsinem dalam posisi terguling dan sudah tertimpa kayu blandar ukuran 20 Cm atau kayu utama untuk atap.

Perlu usaha keras mengevakuasi Marsinem karena tertimpa kayu blandar atau kayu utama bangunan atap. Warga harus memotong blandar itu untuk mengevakuasi jasad lansia.

“Dia hidup sendiri. Dia mengandalkan hidup dari bantuan pemerintah dan bantuan warga. Kami selalu kasihan dengan dia,” kata Susilah, tetangga korban.

https://yogyakarta.kompas.com/read/2022/04/07/183058078/jumini-lansia-yang-keluar-sendiri-dari-timbunan-longsor-di-kulon-progo

Terkini Lainnya

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Regional
Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Regional
Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Regional
Komunikasi Politik 'Anti-Mainstream' Komeng yang Uhuyy!

Komunikasi Politik "Anti-Mainstream" Komeng yang Uhuyy!

Regional
Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Regional
Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Regional
Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Regional
Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Regional
Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Regional
Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Regional
Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Regional
BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

Regional
Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Regional
Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di 'Night Market Ngarsopuro'

Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di "Night Market Ngarsopuro"

Regional
Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke