Salin Artikel

Sejarah Letusan Gunung Merapi

Pada Kamis (10/3/2022), kembali terjadi awan panas guguran pada pukul 00.22 WIB ke arah tenggara.

Plt. Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Abdul Muhari mengatakan, menurut laporan Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG), peristiwa APG memicu terjadinya hujan abu di beberapa wilayah.

Hujan abu terjadi di Pos Pengamatan Gunungapi Babadan, Desa Tlogolele, Desa Ketep, Desa Jati, Desa Soronalan dan Desa Gantang di Kecamatan Sawangan, Desa Paten, Desa Sengi dan Desa Krinjing di Kecamatan Dukun, Kabupaten Magelang, Provinsi Jawa Tengah.

Kemudian juga Desa Balai Rante di Kecamatan Kemalang, Kabupaten Klaten, Provinsi Jawa Tengah.

Saat ini sebanyak 253 warga di Kabupaten Klaten dan Sleman mengungsi ke tempat yang aman.

Secara garis besar, sejarah geologi Gunung Merapi terbagi empat periode yakni Pra merapi. merapi Tua, Merapi Muda dan Merapi Baru.

Pra Merapi dimulai sejak sekitar 700.000 tahun lalu yang menyisakan jejak Gunung Bibi (2025 m dpl) di lereng timur Laut Gunung Merapi.

Gunung Bibi memiliki lava yang bersifat basaltic andesit.

Periode kedua, periode Merapi Tua menyisakan bukit Turgo dan Plawangan yang telah berumur antara 60.000 sampai 8.000 tahun. Saat ini kedua bukit tersebut mendominasi morfologi lereng selatan Gunung Merapi.

Pada periode ketiga yaitu Merapi Muda beraktivitas antara 8000 sampai 2000 tahun lalu.

Di masa itu terjadi beberapa lelehan lava andesitik yang menyusun Bukit Batulawang dan Gajahmungkur yang sekarang tampak di lereng utara Gunung Merapi serta menyisakan kawah Pasar Bubar.

Sementara periode keempat aktivitas Merapi yang sekarang ini disebut Merapi Baru. Yakni terbentuknya kerucut puncak Merapi yang sekarang ini disebut sebagai Gunung Anyar di bekas kawah Pasar Bubar yang dimulai sekitar 2000 tahun yang lalu.

Sejarah letusan Merapi tercatat sejak awal masa kolonial Belanda yakni sekitar abad ke-17.

Di masa periode Merapi baru terjadi beberapa kali letusan di abad ke-19 yakni di tahun 1768, 1822, 1849, 1872.

Erupsi abad ke-19 jauh lebih besar dari letusan abad ke-20. Hal tersebut terlihat dari awan panas yang mencapai 20 km dari puncak. Kemungkinan letusan besar terjadi sekali dalam 100 tahun.

Letusan besar bisa bersifat eksplosif dan jangkauan awanpanas mencapai 15 Km.

Aktivitas Merapi pada abad ke-20 terjadi minimal 28 kali letusan dan letusan terbesar terjadi pada tahun 1931.

Berdasarkan data yang tercatat sejak tahun 1600-an, Gunung Merapi meletus lebih dari 80 kali atau rata-rata sekali meletus dalam 4 tahun

Letusan bersifat eksplosif juga terjadi pada 29-30 Oktober 2010.

Antara 3-4 November 2010 menunjukkan proses pertumbuhan kubah lava yang mencapai volume 3.5 juta m3.

Penghancuran kubah lava menghasilkan aliran awan panas hingga sejauh 15 km dari puncak Gunung Merapi ke arah Kali Gendol.

BNPB mencatat korban jiwa akibat erupsi Gunung Merapi 2010 sebanyak 347 Orang. Korban terbanyak berada di Kabupaten Sleman yaitu 246 jiwa.

Menyusul Kabupaten Magelang 52 jiwa, Klaten 29 jiwa, dan Boyolali 10 jiwa. Sedangkan pengungsi mencapai 410.388 Orang.

https://yogyakarta.kompas.com/read/2022/03/10/105000278/sejarah-letusan-gunung-merapi

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke